Belum lekang dalam ingatan kita, bagaimana video artis bernama Marshanda menjadi viral beberapa tahun yang lalu. Dalam video yang diunggah dalam media sosialnya, Marshanda mengaku telah mengidap gangguan mental bipolar disorder.
Gangguan ini menyebabkan seseorang akan mengalami perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem. Pengidapnya bisa lebih hiperaktif dari orang pada umumnya, yang mengharuskan mereka harus rutin melakukan pengobatan, bahkan hingga ke luar negeri. Hingga kini, Marshanda masih berjuang melawan penyakitnya itu.
Gangguan kesehatan mental tidak hanya dialami kalangan artis, namun juga mengintai generasi muda atau lebih dikenal dengan Gen Z.
“Remaja merupakan populasi yang rentan alami kesehatan mental. Gen Z bahkan lebih rentan. Saat memasuki usia remaja, seseorang mulai membentuk karakter, mulai merasa sudah dewasa, bisa menentukan pilihan sendiri. Media sosial saat ini banyak memberikan pengaruh, rentang konsumsi media sosial lebih tinggi yang membentuk karakter Gen Z. Tantangan yang dihadapi Gen Z jauh lebih besar, jika tidak bisa membawa diri, bisa mengalami kesehatan mental," tutur pakar kesehatan jiwa Taufik Ismail, mengutip Tribun.
Pernyataan ini selaras dengan Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Secara nasional, prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 1,4%. Prevalensi depresi paling tinggi ada pada kelompok anak muda umur 15-24 tahun, yaitu sebesar 2%. Hal ini berarti, 2 dari 100 pemuda Indonesia mengalami depresi.
Prevalensi Depresi pada Anak Muda
Berdasarkan jenis kelaminnya, perempuan lebih rentan mengalami depresi, dengan prevalensi mencapai 2,8%. Sementara itu, proporsi depresi pemuda laki-laki terlihat lebih rendah, hanya 1,1%. Artinya, sekitar 1 dari 100 pemuda laki-laki yang mengalami depresi.
Pemuda yang tinggal di daerah perkotaan lebih rentan daripada mereka yang tinggal di daerah perdesaan. Proporsi depresi yang dialami anak muda perkotaan mencapai 2,5%, sedangkan proporsi depresi bagi anak muda di perdesaan sebesar 1,23%.
Bagaimana Pendidikan, Pekerjaan, dan Ekonomi Pemuda yang Alami Depresi?
Proporsi depresi yang dialami pemuda berdasarkan status pendidikan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Angkanya berkisar 1%-2%. Depresi pada pemuda lebih banyak dialami mereka yang berpendidikan SLTP/MTs. Proporsinya mencapai 2,2%, artinya 2 dari 100 pemuda alami depresi.
Proporsi yang hampir serupa dimiliki pemuda yang berpendidikan SD/MI yaitu sebesar 2,1%. Pemuda lulusan SLTA/MA, tidak tamat SD/MI, perguruan tinggi dan yang tidak/belum pernah sekolah memiliki risiko lebih kecil alami depresi, dengan proporsi depresinya mencapai sekitar 1,6-1,8%.
Pemuda yang tidak bekerja dan mereka yang berprofesi sebagai buruh/sopir/pembantu rumah tangga paling rentan alami depresi. Proporsi depresinya mencapai 2,3%. Tidak jauh berbeda, proporsi depresi pada mereka yang bersekolah mencapai 2,1%. Pemuda yang berprofesi sebagai pegawai swasta, memiliki proporsi alami depresi lebih kecil yaitu sekitar 1,8%.
Mereka yang berprofesi wiraswasta dan pekerjaan lainnya, memiliki proporsi alami depresi hanya 1%. Bahkan, mereka yang berprofesi sebagai PNS/TNI dan petani, proporsi yang mengalami depresi tidak mencapai 1% hanya sekitar 0,5%-0,6% saja.
Pemuda kelas atas tercatat paling rentan alami depresi. Hasil SKI 2023 mencatat proporsinya mencapai 2,2%. Kelompok pemuda kelas menengah atas dan menengah memiliki proporsi lebih rendah sekitar 1,9%-2%. Sementara itu, kelompok pemuda kelas menengah bawah dan terbawah menjadi kelompok yang alami depresi paling rendah. Proporsinya hanya sekitar 1,7%-1,8% saja.
Keseluruhan hasil SKI 2023 menunjukkan bahwa perempuan dan mereka yang tinggal di daerah kota lebih berisiko mengalami depresi dibandingkan pemuda laki-laki dan yang tinggal di desa. Gangguan depresi tertinggi dialami mereka yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas, yang tidak memiliki pekerjaan, serta bekerja hanya sebagai buruh/sopir/pembantu rumah tangga.
Baca Juga: Tingkat Depresi VS Jumlah Psikolog Klinis: Masih Ada Ketimpangan?
Penulis: Luxia Fajarati
Editor: Editor