Gempa dengan kekuatan bervariasi mengguncang Tuban, Jawa Timur, hingga ratusan kali dalam rentang waktu berdekatan. Berdasarkan laporan BMKG, beberapa gempa tercatat melampaui 5 SR.
Gempa terkini mencapai 6,1 SR mengguncang Tuban pada 24 Maret 2024 pukul 10:04:10 WIB dan kembali dengan kekuatan 5 SR pada pukul 18:53:55 WIB. Dua gempa ini berpusat pada kedalaman 47 km dan 27 km, lebih dalam dari gempa-gempa sebelumnya yang berpusat pada kedalaman 10 km.
Gempa menimbulkan beragam risiko, dari kerusakan material hingga kemunculan korban jiwa. Akan tetapi, dua risiko ini saling berhubungan. Kemunculan korban jiwa seringkali disebabkan oleh bagian bangunan yang runtuh.
“Ada ungkapan yang menyatakan bahwa bukan gempa bumi itu sendiri yang mematikan, melainkan kegagalan struktur bangunan dalam menahan beban seismik yang dihasilkan gempa,” jelas Nuraziz Handika, Dosen Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Dalam paparannya, Nuraziz juga menyinggung perihal Indonesia yang juga sering dilanda aktivitas seismik. Ini membuat Indonesia harus berhadapan dengan konsekuensi adanya kerusakan pada struktur bangunan, khususnya perumahan.
Berbagai sumber menyatakan, gempa di Tuban menyebabkan sejumlah kerusakan bangunan, tak terkecuali rumah warga, sekolah, pondok pesantren, bahkan rumah sakit.
Tak hanya terjadi pada bencana kali ini, beberapa gempa lainnya di Indonesia menimbulkan kerusakan yang sama. Salah satu gempa dahsyat di Indonesia terjadi di Sumatera pada 2009 lalu, BPBD mencatat setidaknya ada 279.000 bangunan yang rusak karenanya.
Perihal mitigasi bencana, Jepang seringkali disebut sebagai teladan. Kementerian Luar Negeri Jepang dalam situsnya menyatakan, terdapat lima garis besar penanggulangan bencana di negara tersebut.
Mitigasi bencana Jepang dilakukan dengan penelitian aspek teknis dan ilmiah mitigasi, menguatkan sistem, fasilitas, dan alat mitigasi, proyek konstruksi dirancang untuk meningkatkan kemampuan negara dalam bertahan dan berlindung, tindak darurat dan operasi pemulihan, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi.
Dalam World Risk Index 2023, Jepang termasuk negara dengan risiko tinggi. Jepang menempati urutan ke-24 dan memiliki skor 20,86 yang tergolong sangat tinggi. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat 2 dengan skor 43,50.
World Risk Index 2023 memiliki beberapa kategori untuk mengukur risiko yang direkap dalam laporan ini. Kategori tersebut adalah keterpaparan, kerentanan secara fisik, kerentanan struktural-karakteristik dan kondisi umum masyarakat (susceptibility), kapasitas penanggulangan, dan kapasitas beradaptasi.
Jepang memiliki tingkat keterpaparan yang tergolong sangat tinggi, yaitu dengan skor 43,67. Akan tetapi, dari aspek kerentanan secara fisik, negara ini hanya memiliki skor 9,96. Kerentanan struktural di masyarakat juga hanya memperoleh skor 11,43.
Negara lain yang memiliki tingkat kerentanan rendah, diantaranya adalah Selandia Baru, Italia, Yunani, Sierra Leone, Arab Saudi, Belanda, Jerman, dan Irlandia. Arab Saudi bahkan hanya memiliki skor kerentanan fisik 6,56 dan kerentanan struktural masyarakat 4,09.
Bila menilik Indonesia, tingkat paparannya mencapai 39,89 dan tergolong sangat tinggi seperti Jepang. Akan tetapi, tingkat kerentanan fisik dan kerentanan struktur masyarakat Indonesia juga masih tinggi, yaitu dengan skor 47,43 dan 45,46.
Berdasarkan negara ASEAN, Indonesia juga berada di peringkat kedua, karena Filipina berada di posisi paling atas secara global. Negara ASEAN lain yang memiliki skor World Risk Index 2023 dalam kategori sangat tinggi adalah Myanmar, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya