Masyarakat Asia tengah berduka atas rentetan kejadian besar yang berakibat pada kematian massal di berbagai belahan dunia, termasuk di kawasan Asia. Seperti peristiwa besar yang baru saja terjadi di kawasan Itaewon, Seoul, Korea Selatan yang menelan ratusan korban jiwa.
Meski telah berlalu, ucapan belasungkawa dan taburan bunga duka cita masih terlihat di beberapa titik yang menjadi lokasi tragedi terbesar sepanjang Oktober 2022 ini. Berikut adalah 6 tragedi besar menelan ratusan korban jiwa sepanjang bulan Oktober 2022.
1. Tragedi Festival Halloween di Itaewon, Korea Selatan
Baru-baru ini sosial media tengah dibanjiri dengan ribuan doa dan ucapan bela sungkawa atas kejadian yang terjadi di kawasan Itaewon, Seoul, Korea Selatan. Insiden ini bermula dari perayaan festival Halloween yang kembali dilaksanakan setelah tiga tahun vakum karena pembatasan pandemi Covid-19 di Korea Selatan pada Sabtu (29/10) malam. Tingginya antusiasme masyarakat banyak mengundang para warga lokal hingga wisatawan asing untuk berkunjung.
Kerumunan pengunjung yang datang saat itu kian ramai hingga membludak. Kondisi wilayah distrik Itaewon yang merupakan gang sempit membuat banyak warga berdesakan, banyak diantara mereka mengalami sesak napas dan henti jantung. Petugas medis dan warga sekitar yang berada di lokasi tidak mampu mengatasi ratusan korban untuk melakukan pertolongan CPR (cardiopulmonary resuscitation).
Selain karena kerumunan, tragedi ini juga dipicu oleh bentrokan di tengah kerumunan massa, beberapa diantara mereka terindikasi menggunakan narkoba. Melansir Reuters, setidaknya 153 orang meninggal dunia, dengan rincian 20 orang warga negara asing (WNA) dan 2 orang warga negara Indonesia (WNI).
2. Jembatan Ambruk, India
Insiden besar selanjutnya terjadi di negara bagian Gujarat, India. Salah satu Jembatan gantung di lokasi wisata legendaris di wilayah Morbi, India ambruk pada Minggu (30/10) malam. Tragedi tersebut menelan ratusan wisatawan jatuh ke sungai. Data terakhir menyebut, setidaknya terdapat 137 orang tewas, 50 diantaranya merupakan anak-anak.
Jembatan gantung yang telah berusia 140 tersebut dilaporkan baru dibuka kembali untuk umum setelah diperbaiki. Melansir kolom berita India Today insiden tersebut diakibatkan karena kelebihan beban orang yang berkerumun dan juga kabel penghubung jembatan yang tidak diganti setelah renovasi. Polisi setempat kini telah menangkap 9 orang anggota perusahaan yang bertanggung jawab atas pemeliharaan jembatan tersebut.
3. Tragedi Stadion Kanjuruhan, Indonesia
Masih lekat dalam ingatan, tragedi yang menelan ratusan korban jiwa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada awal bulan Oktober 2022 lalu. Tragedi tersebut terjadi pasca pertandingan sepak bola Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya yang berjalan pada pukul 20.00 WIB pada Sabtu (1/10). Hasil pertandingan menempatkan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya.
Seorang supporter Riyan Dwi Cahyono kepada Kompas mengatakan, beberapa suporter Arema turun dari tribun dan berkumpul ke tengah lapangan untuk menyampaikan protes kepada pemain dan manajemen Arema. Aparat keamanan dari TNI dan Polri yang tengah berjaga berusaha mengamankan situasi, termasuk juga dengan menembakkan gas air mata.
Nahas, gas air mata yang terlanjur menyebar ke berbagai penjuru stadion dan semakin menyesakkan jalur pernapasan penonton yang berada di lokasi. Para penonton panik, berlarian hingga berdesakan dan terinjak-injak demi menyelamatkan diri.
Korban tragedi Kanjuruhan saat ini telah mencapai 678 orang, 134 korban meninggal dunia dan 2 diantaranya merupakan anggota polisi yang ikut berdesak-desakan hingga kehabisan oksigen.
Berdasarkan tragedi ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo resmi menetapkan enam orang tersangka dengan ancaman hukuman pidana penjara. Mereka adalah Direktur Utama PT LIB Ahkmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Arema FC Abdul Haris, serta Security Officer Suku Suko Sutrisno.
Tiga lainnya adalah Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi, dan Komandan Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarman. Selain proses pidana, 20 personel juga dinyatakan sebagai terduga pelanggaran kode etik saat melaksanakan tugas pengamanan.
4. Bencana Alam Badai Tropis Nalgae, Filipina
Peristiwa besar menelan puluhan korban jiwa juga melanda Filipina pada Jumat (28/10). Banjir bandang dan tanah longsor dari badai tropis Nalgae telah menghancurkan desa-desa di pulau Selatan Mindanao, Filipina. Berdasarkan laporan Channel News Asia, Badan Bencana Nasional Filipina mengatakan 98 orang tewas dalam peristiwa ini dan 63 orang masih dalam proses pencarian.
Meski Filipina sering dilanda badai tahunan, peristiwa ini menjadi yang paling parah. Banjir bandang dan tanah longsor yang berasal dari sebagian besar lereng gunung yang gundul menjadi salah satu bahaya paling mematikan oleh badai di Filipina dalam beberapa tahun terakhir.
5. Serangan Udara saat Konser Musik, Myanmar
Tragedi besar yang menyorot mata dunia terjadi di Myanmar pada Minggu (23/10) malam. Pesawat militer Myanmar menjatuhkan empat bom saat konser sedang berlangsung pada pukul 20.00 waktu setempat.
Konser yang digelar oleh kelompok etnis minoritas ini berkonflik dengan junta militer yang menguasai Myanmar saat ini. Tercatat dari total sebanyak 300-500 pengunjung, 80 diantaranya tewas termasuk para musisi pengisi acara. Peristiwa ini menjadi jumlah korban serangan udara terbanyak di Myanmar sejak kudeta pecah pada tahun lalu.
6. Penembakan Massal di Penitipan Anak, Thailand
Tragedi paling mematikan sepanjang sejarah Thailand kembali terjadi di sebuah tempat penitipan anak di distrik Nong Bua, Lamphu, Thailand pada Kamis (6/10). Peristiwa penembakan massal tersebut setidaknya telah menewaskan 37 korban jiwa yang mayoritas adalah anak-anak dengan usia termuda 2 tahun, staf sekolah, dan seorang guru yang tengah hamil.
Ironisnya, pelaku dari peristiwa tersebut bernama Panya Khamrab (34) yang merupakan seorang mantan letnan polisi. Diketahui Panya Khamrab resmi dicabut dari instansi polisi Thailand pada tahun lalu karena tersandung kasus narkoba. Berdasarkan pernyataan polisi, usai melakukan aksinya tersebut ia langsung pergi ke rumahnya, menembak istri dan anaknya, lalu kemudian membunuh dirinya sendiri.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya