Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan Portal Indeks Kepariwisataan Indonesia atau PRAKARSA, sebuah sistem informasi yang menyajikan data real-time terkait capaian Travel and Tourism Development Index (TTDI) dan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN) Indonesia.
Menparekraf RI, Sandiaga Uno menjelaskan, platform ini hadir sebagai wadah koordinasi tim kerja lintas sektor dalam melakukan pemutakhiran data, untuk mendorong keterpaduan dalam upaya meningkatkan kinerja kepariwisataan Indonesia di kancah global, seperti dikutip Republika di acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Jakarta, Senin (13/11).
TTDI sendiri merupakan indeks 2 tahunan yang diinisiasi oleh World Economic Forum (WEF) yang mengukur dan meninjau sejauh mana capaian perkembangan dan pembangunan sektor pariwisata secara global.
Pada TTDI yang dirilis terakhir di 2021, Indonesia memperoleh skor indeks 4,4 poin, dan menempati urutan ke-32 dari 117 negara, naik dari capaian sebelumnya di tahun 2019 yang menempati peringkat ke-44 secara global.
Sementara IPKN, merupakan indeks pembangunan pariwisata di tingkat nasional, inisiatif Kemenparekraf, yang ditujukan sebagai acuan dalam pembuatan program dan rencana aksi pembangunan pariwisata di tingkat provinsi, juga untuk mengakselerasi performa Indonesia di tingkat internasional melalui TTDI.
Penyelenggaraan IPKN ini dilegitimasi lewat Keputusan Menparekraf/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif no. SK/64/KS.01.07/MK/2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional.
IPKN dikembangkan dengan menurunkan konsep TTDI yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Adapun kerangka kerja IPKN terdiri dari 5 subindeks, 16 pilar, dan 61 indikator sebagai tolak ukur pembangunan kepariwisataan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pada IPKN edisi pertama yang dirilis akhir 2022 lalu, skor rata-rata nasional dari 34 provinsi tercatat berada di angka 3,539. Dari jumlah tersebut, sebanyak 14 provinsi memperoleh skor IPKN di atas rata-rata nasional.
Skor IPKN 2022 paling tinggi dicatatkan oleh provinsi Bali sebesar 4,652. Bali juga mencatatkan skor tertinggi secara nasional pada subindeks enabling environment di angka 5,71 dan subindeks travel & tourism sustainibility di angka 5,20.
DI Yogyakarta menempati urutan kedua dengan skor sebesar 4,540. Pilar dengan skor tertinggi di DI Yogyakarta dicatatkan pada pilar lingkungan bisnis, sementara pilar sumber daya alam catatkan skor terendah.
Selanjutnya di urutan ketiga ditempati oleh DKI Jakarta yang memperoleh skor sebesar 4,442, dengan skor tertinggi dicatatkan pada pilar kesiapan teknologi, informasi dan komunikasi, dan skor terendah diperoleh pada pilar keberlanjutan lingkungan.
Jawa Tengah berada di urutan selanjutnya dengan skor sebesar 4,038. Selain itu, provinsi yang beribukota di Semarang ini juga memperoleh skor tertinggi secara nasional pada subindeks travel & tourism demand drivers sebesar 4,78.
Posisi kelima ditempati oleh Sulawesi Selatan yang catatkan skor 3,997. Skor tertinggi diperoleh Sulawesi Selatan pada pilar infrastruktur transportasi udara, sementara skor terendah diperoleh pada pilar infrastruktur layanan pariwisata.
Selain kelima provinsi tersebut, 9 provinsi yang memperoleh skor indeks di atas rata-rata nasional ialah Jawa Timur, Jawa Barat, Kep. Riau, Sumatra Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Aceh, dan Sumatra Utara.
Sementara itu, skor indeks terendah pada edisi pertama IPKN ini dicatatkan oleh Sulawesi Barat yang memperoleh skor 2,651. Meski menempati posisi terakhir, Sulawesi Barat mampu catatkan skor tertinggi secara nasional pada pilar keberlanjutan lingkungan.
Adapun sejumlah provinsi lain yang memperoleh skor terendah dalam IPKN 2022 di antaranya Papua di angka 2,873, Gorontalo di angka 3,041, Sumatra Selatan di angka 3,177, dan Papua Barat di angka 3,193.
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya