Literasi memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan intelektual generasi muda. Melalui kemampuan membaca dan menulis, akses pengetahuan, pemahaman informasi, dan kemampuan berpikir kritis dapat terpenuhi. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan individu untuk menganalisis dan mengolah informasi yang ada di sekitar.
Kalangan generasi muda acap kali dilabeli sebagai kaum 'kurang literasi' oleh sebagian orang karena rendahnya minat dan ketertarikan dalam membaca buku. Di tengah stereotip tersebut, nyatanya masih ada sebagian besar anak muda yang memiliki ketertarikan yang besar untuk membaca buku.
Snapcart melakukan survei untuk mengetahui bagaimana ketertarikan generasi muda Indonesia dalam membaca buku. Survei ini dilakukan secara daring pada Oktober 2024 dengan melibatkan 1.267 responden.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan proporsi sebanyak 38% mengaku gemar membaca buku setelah menyelesaikan aktivitas, biasanya dilakukan di rumah pada sore atau malam hari. Sebanyak 23% responden lainnya menjawab lebih suka membaca buku saat waktu istirahat kerja atau sekolah.
Hasil menarik ditunjukkan oleh 15% responden yang mengaku menjadikan buku sebagai teman perjalanan para komuter. Transportasi umum yang nyaman dapat menjadi pilihan oleh sebagian orang untuk membaca buku sambil menunggu untuk sampai ke tempat tujuan.
Sebagian besar responden lainnya mengaku lebih suka untuk membaca buku pada waktu senggang. Sebesar 13% responden menjawab suka membaca buku pada akhir pekan, diikuti oleh 10% responden lainnya yang lebih menyukai untuk membaca buku pada saat liburan.
Preferensi Jenis Buku Favorit Generasi Muda Indonesia
Survei ini juga turut menilik jenis buku apa saja yang menjadi bacaan favorit generasi muda Indonesia. Hasilnya, masing-masing kelompok umur gen Z dan milenial menunjukkan preferensi yang berbeda mengenai jenis buku favoritnya.
Dari kalangan gen Z, sebanyak 51% responden mengaku lebih suka membaca buku novel. Hasil tersebut diikuti dengan 12% responden lainnya yang menjawab lebih menyukai buku komik dan buku motivasi atau pendidikan.
Sedangkan dari kalangan generasi milenial, preferensi tertinggi juga jatuh kepada buku novel sebagai bacaan favorit dengan jumlah minat responden sebanyak 32%. Diikuti dengan 19% responden yang menyukai buku komik dan 16% responden lainnya mengaku tertarik dengan buku motivasi atau pendidikan.
Data di atas menunjukkan bawa generasi muda Indonesia umumnya menyukai bacaan fiksi. Meski demikian, preferensi masing-masing kedua generasi cukup berbeda. Generasi milenial menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap buku motivasi dan pendidikan apabila dibandingkan dengan gen Z.
Hambatan dalam Membaca Buku di Kalangan Generasi Muda Indonesia
Meskipun minat membaca generasi muda Indonesia cukup tinggi, namun nyatanya sebagian besar dari mereka juga harus menghadapi beberapa kesulitan yang dapat menghambat aktivitas membaca. Berikut beberapa hambatan yang dihadapi oleh para responden.
Mayoritas responden dengan proporsi sebanyak 40% menyatakan bahwa harga buku di Indonesia cukup mahal dan hal tersebut merupakan sebuah hambatan untuk membaca buku yang signifikan. Diikuti dengan 35% responden lainnya yang mengaku kesulitan menemukan waktu senggang untuk membaca buku di tengah jadwal yang sibuk dan 25% responden lainnya yang menjawab bahwa mereka kesulitan untuk menemukan buku yang sesuai dengan preferensinya.
Meski begitu, dukungan pemerintah untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut telah disalurkan oleh Badan Bahasa dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra kepada 340 komunitas pegiat literasi yang berasal dari seluruh Indonesia. Tujuan utamanya yakni membangun budaya literasi yang kuat dan meningkatkan akses terhadap sumber daya literasi di semua kalangan. Bantuan pemerintah tersebut diberikan langsung oleh Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz.
”Sebagaimana kita ketahui, literasi telah menjadi salah satu program prioritas Presiden Republik Indonesia. Presiden menyebut bahwa revolusi mental membutuhkan peningkatan literasi masyarakat, dimulai dari wilayah pinggiran. Pada tahun ini, setelah melalui proses yang panjang, skema pembiayaan untuk membantu komunitas literasi dapat disetujui oleh Bappenas dan Kementerian Keuangan,” jelas Aminudin (29/8), mengutip laman resmi Kemdikbud.
Baca Juga: Minat Baca di Indonesia Naik, Perpusnas Pasang Target Ambisius pada 2024
Penulis: Nurfida Triananda
Editor: Editor