Suasana penuh haru menyelimuti barisan pasukan berseragam kala itu (01/07). Di bawah terik matahari yang menyengat, semangat di wajah mereka tetap menyala. Semua ini dilakukan untuk merayakan Hari Bhayangkara ke-78 dengan penuh kebanggaan dan tekad.
Tahun ini, tema yang diusung adalah "Polri Presisi Mendukung Transformasi Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas." Tema ini menunjukkan komitmen Polri untuk mendukung perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam pidatonya pun menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang pernah terjadi.
"Tak ada gading yang tak retak. Kami mohon maaf atas perbuatan yang menyakiti hati masyarakat. Kami berkomitmen untuk terus berusaha keras dan berubah menjadi lebih baik," ucapnya melalui Tempo.
Ia juga berjanji untuk lebih terbuka terhadap kritik. "Kami akan terus berbenah diri, terbuka terhadap kritik, dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," tambahnya.
Perayaan ini bukan hanya sekadar merayakan ulang tahun Polri, tetapi juga menjadi momen untuk mengevaluasi kepercayaan masyarakat terhadap polisi. Menurut Survei Kepemimpinan Nasional dari Kompas, Kepolisian masih menjadi institusi yang paling dipercaya publik dengan skor 73,1%.
Baca Juga: Inilah Angka Kepercayaan Publik Pada Penegak Hukum Terkini
Namun, laporan Indeks Kepercayaan Global (IKG) dari IPSOS menunjukkan hanya sekitar 36% masyarakat yang percaya pada kepolisian secara global. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan kepercayaan terhadap masyarakat biasa.
Walau posisinya tidak berubah dari tahun lalu, angkanya sebenarnya menyusut sebesar 1%. Meski begitu, di beberapa negara ini, kepolisian masih mendapatkan angka kepercayaan yang relatif tinggi.
Baca Juga: Bagaimana Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Polisi?
Di Beberapa Negara ini, Kepercayaan Masyarakat terhadap Kepolisian Tinggi
Dari data yang disajikan, Belanda menempati posisi teratas dengan tingkat kepercayaan terhadap polisi sebesar 55%, menunjukkan hubungan yang kuat antara publik dan kepolisian. Swedia dan Selandia Baru mengikuti di posisi kedua dengan 52%, menggambarkan keberhasilan mereka dalam membangun kepercayaan publik.
Singapura berada di tempat ketiga dengan 51%, diikuti oleh Jerman dengan 50% dan Spanyol dengan 49%. Australia menyusul dengan 48% dan Prancis dengan 47%.
Walau Turki dan Belgia tempati posisi terendah, angka di atas tetap menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasinya masih mempercayai kepolisian.
Di sisi lain, kepolisian di beberapa negara masih harus mengejar ketertinggalan akibat tingginya tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi.
Indonesia Jadi Salah Satu Negara yang Masyarakatnya Kurang Percaya terhadap Polisi
Afrika Selatan menempati posisi tertinggi dengan 65% masyarakatnya tidak mempercayai polisi, diikuti oleh Meksiko dan Peru dengan masing-masing 53% dan 52%. Thailand dan Kolombia juga menunjukkan tingkat ketidakpercayaan yang tinggi, masing-masing 47% dan 45%.
Di Indonesia, 43% masyarakatnya tidak percaya pada kepolisian, menunjukkan perlunya Polri untuk terus berbenah. Argentina dan Romania menghadapi tantangan serupa dengan tingkat ketidakpercayaan masing-masing 41% dan 38%. Sementara itu, Korea Selatan dan Hungaria berada dalam posisi lebih baik dengan 36% dan 35%, tetapi masih memerlukan perbaikan.
Tingginya persentase ketidakpercayaan masyarakat Indonesia terhadap kepolisian perlu jadi perhatian serius. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya ketidakpercayaan ini adalah kelalaian dari polisi dalam menjalankan tugasnya. Kekerasan yang melibatkan anggota Polri selama bekerja merupakan contohnya. Untuk itu, laporan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) terkait kekerasan dan dugaan pelanggaran HAM dapat diperhatikan lebih lanjut.
KontraS sering kali mengungkapkan kasus-kasus di mana anggota kepolisian terlibat dalam tindakan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Ada 645 Peristiwa Kekerasan yang Melibatkan Anggota Polri
Berdasarkan pemantauan KontraS, sepanjang Juli 2023-Juni 2024 terjadi peningkatan kekerasan dan dugaan pelanggaran HAM oleh kepolisian. Tercatat 645 peristiwa kekerasan melibatkan anggota Polri, dengan 759 korban luka dan 38 korban tewas.
Rincian peristiwa itu meliputi 460 peristiwa penembakan, 36 pembubaran paksa, 33 intimidasi terhadap masyarakat sipil, dan 52 penganiayaan.
Selain itu, terdapat 35 peristiwa extrajudicial killing yang menewaskan 37 orang. Jumlah peristiwa extrajudicial killing ini meningkat dibanding tahun sebelumnya, meskipun jumlah korbannya berkurang.
Angka-angka tersebut pun soroti perlunya reformasi dalam tubuh Polri. Dengan begitu, kepolisian di Indonesia dapat bekerja menuju hubungan yang lebih positif dengan masyarakat.
Baca Juga: Bagaimana Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Polisi?
Penulis: Intan Shabira
Editor: Editor