Belum lama ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengkonfirmasi kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia kembali terdeteksi dan meningkat per Oktober 2023 menjadi delapan kasus sejak pertama kali terdeteksi di pertengahan tahun 2022 lalu.
Empat dari enam orang yang terkonfirmasi terinfeksi cacar monyet pada bulan Oktober ini disuspek atau diduga bergejala dan sedang dalam isolasi rumah sakit menunggu proses pemeriksaan laboratorium PCR. Keenam kasus ini juga dikabarkan berasal dari DKI Jakarta.
Melansir dari laman resmi Kemenkes RI, penyakit yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) ini merupakan penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, penyakit mirip cacar yang pertama kali ditemukan menyerang monyet peliharaan untuk penelitian.
Data dari WHO, terhitung dari Januari 2022 hingga September 2023, menunjukan jumlah kasus penyakit cacar monyet dari 115 negara yang melaporkan telah mencapai 91.123 kasus terkonfirmasi dan 663 kasus belum terkonfirmasi (probable case), termasuk kematian yang mencapai 157 kasus.
Adapun negara dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu Amerika Serikat mencapai 30.636 kasus. Disusul oleh Brazil dengan jumlah 10.967 kasus dan Spanyol 7.611 kasus. Sepuluh negara di atas menyumbang 81.9% dari kasus yang dilaporkan secara global.
Lebih lanjut, melansir dari laman resmi WHO, penyakit cacar monyet ini dapat ditularkan kepada manusia melalui kontak fisik dengan pasien terinfeksi, benda yang terkontaminasi, atau hewan yang terinfeksi.
Tanda dan gejala penyakit cacar monyet umumnya muncul dalam waktu tujuh hari dengan gejala umum seperti ruam pada kulit, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Editor