Bill Russell, Legenda NBA yang Berjuang Melawan Rasisme

Bill Russell, Center andalan Boston Celtics yang anti rasisme dan wafat pada Juli lalu, menjadi Center dengan RPG nomor dua terbanyak sepanjang masa NBA .

Bill Russell, Legenda NBA yang Berjuang Melawan Rasisme Bill Russell | wallpaperaccess

Legenda NBA Bill Russell telah menutup usianya pada umur 88 tahun dengan tenang. Melalui Twitter pribadinya, keluarganya menyampaikan bahwa Bill Russell menghembuskan nafas terakhir pada 31 Juli 2022 lalu saat sang istri menemani di sampingnya.

Bill Russell adalah sosok legenda NBA dengan prestasi dan performa yang ciamik selama karirnya. Selama bermain bersama Boston Celtics dalam 13 musim pada 1956 hingga 1969, ia berhasil membawa Celtics menjadi 11 kali juara National Basketball Association (NBA) dan 5 gelar Most Valuable Player (MVP) untuk dirinya.

Sebagai Center andalan Celtics, Bill Russell mencatatkan 20 kali triple double, 15,1 poin per pertandingan, dan 4,3 assists per pertandingan selama 963 pertandingan pada musim reguler. Yang paling fantastis, selama musim reguler tersebut ia berhasil menciptakan 22,5 rebounds per pertandingan.

Dengan performanya yang mengesankan, pria yang dikenal anti rasisme itu berhasil berada di urutan dua ranking Center NBA dengan rebound terbanyak sepanjang masa dengan total rebound per game di angka 22,5 RPG. Ia berada di bawah Wilt Chamberlain yang mencetak 22,9 RPG dan di atas Nate Thurmond yang mencetak 15,4 RPG.

Pada masa itu Bill Russell dan pemain NBA dengan posisi Center lainnya lebih dominan untuk bermain Rebound ketimbang mencetak poin. Hal tersebut berbeda sekali dengan pemain NBA dengan posisi Center generasi sekarang yang sudah serba bisa dan lebih dominan mencetak angka ketimbang melakukan rebound. Bahkan pemain Big Man NBA generasi sekarang sebagian besar mahir melakukan tembakan 3 angka.

Perbandingan Center NBA generasi Bill Russel dan Sekarang bisa terlihat dengan jelas ketika kita membandingkan Bill Russell dengan Nikola Jokic yang sama sama bermain di posisi Center dan memiliki track record permainan yang ciamik. Nikola Jokic jauh lebih mahir mencetak poin dibandingkan dengan Bill Russell. Namun perihal Rebound, Russell jauh lebih unggul ketimbang Jokic.

Dengan sejumlah prestasi tersebut, komisioner NBA tahun 2009 mengganti nama NBA Finals MVP Trophy menjadi Bill Russell NBA Finals MVP. Namun, perjuangan Russell menjadi legenda NBA tidaklah mudah, sejak usia 9 tahun ia dan keluarganya seringkali mendapatkan penghinaan akibat pemberlakuan hukum Jim Crow yang merupakan hukum pemisahan kasta sosial menurut warna kulit.

Saat Russel masih kecil, ia pernah tidak dilayani membeli es krim karena warna kulitnya yang hitam. Masalah rasisme tersebut terus berlanjut hingga saat ia berencana pindah ke Willmington pada 1960. Sayangnya, tidak ada satupun orang yang mau menjual rumah kepadanya dan terpaksa pindah ke Reading, sebuah kota yang didominasi oleh kulit putih. 

Saat di Kota Reading, ia pernah mendapatkan rumahnya dirampok dan menemukan beberapa pialanya dihancurkan serta banyaknya tulisan rasis di dinding rumahnya. Hingga akhir hayatnya, Bill Russell dikenal sebagai orang yang menjunjung tinggi kesetaraan dan hak asasi manusia.

Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Kekhawatiran Indonesia Lewat Putusan AFC dalam Duel Indonesia vs Jepang

Indonesia kecewa lewat putusan AFC, dan diambang khawatir dengan posisi ke-26 di Pemeringkatan AFC 2024-2025

Menilik Besarnya Ketertarikan Masyarakat dalam Olahraga 2024

Sebanyak 79% responden mengaku memiliki ketertarikan terhadap olahraga. Menariknya, tingkat ketertarikan wanita terhadap olahraga juga tidak kalah tinggi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook