Environmental, Social, and Governance (ESG) telah menjadi perhatian utama di tingkat global sebagai pendekatan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Di Indonesia, penerapan ESG semakin relevan seiring dengan meningkatnya tuntutan akan tanggung jawab sosial dan lingkungan dari berbagai sektor.
ESG tidak hanya menjadi alat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat serta memperkuat tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Di Indonesia, upaya untuk mengintegrasikan prinsip ESG mulai terlihat jelas, khususnya di sektor korporasi. Perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, kini didorong untuk menerapkan strategi ESG dalam operasional mereka.
Hal ini tidak hanya bertujuan memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan, tetapi juga untuk memperkuat daya saing di pasar global. Langkah-langkah seperti pengelolaan limbah yang lebih baik, program pemberdayaan masyarakat, hingga pelaporan tata kelola yang lebih transparan menjadi bagian penting dari inisiatif ini.
Meskipun upaya penerapan ESG terus berkembang, tantangan dalam proses implementasi masih sangat nyata.
Berdasarkan survei Mandiri Institute, salah satu kendala utama dalam menerapkan ESG adalah biaya yang tinggi, sebagaimana disebutkan oleh 58% perusahaan.
Implementasi ESG sering kali membutuhkan investasi awal yang signifikan, seperti untuk pengembangan infrastruktur ramah lingkungan, pelatihan tenaga kerja, hingga adopsi teknologi baru yang mendukung keberlanjutan.
Selain itu, kurangnya dukungan dari pemerintah juga disebutkan oleh 58% perusahaan sebagai hambatan utama. Dukungan regulasi dan insentif yang belum optimal membuat perusahaan kesulitan untuk menerapkan standar ESG secara konsisten.
Padahal, kerangka regulasi yang jelas dan dukungan fiskal, seperti subsidi atau insentif pajak, dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk mengambil langkah konkret dalam implementasi ESG.
Tantangan berikutnya adalah kesulitan dalam memenuhi indikator ESG, yang diungkapkan oleh 56% perusahaan. Standar ESG sering kali bersifat kompleks dan membutuhkan adaptasi yang mendalam terhadap operasi bisnis perusahaan. Ini mencakup berbagai aspek mulai dari pengelolaan emisi karbon, perlakuan terhadap tenaga kerja, hingga tata kelola perusahaan yang akuntabel.
Kurangnya pemahaman terkait ESG menjadi kendala lain yang signifikan, dengan 54% perusahaan menyebutkan hal ini. Banyak perusahaan yang belum sepenuhnya memahami prinsip dan manfaat dari penerapan ESG, sehingga sulit bagi mereka untuk menyusun strategi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.
Hal ini juga berdampak pada kesulitan dalam mengakses data yang relevan terkait ESG, yang diakui oleh 42% perusahaan. Data yang terbatas menghambat perusahaan dalam melakukan evaluasi dan pelaporan kinerja ESG secara transparan dan akurat.
Selanjutnya, penentuan target ESG juga dianggap sebagai tantangan oleh 35% perusahaan. Selain itu, metode penilaian ESG yang dianggap rumit oleh 32% perusahaan juga menjadi penghalang. Banyak perusahaan yang merasa kesulitan dalam memilih metode evaluasi yang sesuai dan diakui secara luas.
Beberapa perusahaan juga menghadapi resistensi dari shareholder yang tidak mendukung inisiatif ESG, sebagaimana disampaikan oleh 23% perusahaan. Para pemegang saham terkadang lebih fokus pada keuntungan jangka pendek daripada nilai berkelanjutan yang dihasilkan dari implementasi ESG.
Bahkan, ada pula yang merasa bahwa ESG tidak relevan dengan bisnis mereka, yang diakui oleh 18% perusahaan.
Terakhir, hanya 14% responden yang menyatakan bahwa kendala utama mereka adalah karena profit yang dianggap berjangka panjang.
Survei ini dilakukan pada 150 perusahaan terbuka (listed companies) di Indonesia pada 2024. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa penerapan ESG di Indonesia membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk mengatasi kendala yang ada, baik dari segi biaya, regulasi, hingga kesadaran dan pemahaman pelaku usaha.
Baca Juga: Jajaran Perguruan Tinggi Paling Berkelanjutan Versi UI GreenMetric
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor