Oscar merupakan penghargaan tertinggi di industri film yang selalu menjadi simbol prestise dan pencapaian bagi para sineas Hollywood.
Ajang penghargaan yang diberikan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences tersebut baru saja digelar pada 10 Maret 2024 di Dolby Theatre Los Angeles dengan 23 nominasi untuk judul-judul film yang telah dirilis pada tahun 2023.
Namun, di balik gemerlapnya piala emas bergengsi tersebut, terdapat sebuah realitas menarik. Best Picture Oscar kini bukan lagi tolok ukur tunggal untuk menentukan "kesuksesan" sebuah film secara komersil.
Data dari Box Office Mojo menunjukkan bahwa peraih nominasi Best Picture dan film terlaris enam tahun terakhir merupakan dua entitas film yang berbeda.
Pada tahun 2023, Oppenheimer, film biopik bertema sejarah karya Christopher Nolan yang mengangkat kisah J. Robert Oppenheimer, "bapak bom atom", berhasil menyabet piala Oscar untuk kategori Best Picture.
Di sisi lain, Barbie, film live-action karya Greta Gerwig yang diadaptasi dari tokoh mainan populer mendominasi box office dengan pendapatan fantastis mencapai $1.446 miliar dolar. Ironisnya, film ini hanya mendapatkan satu piala untuk kategori Best Original Song.
Perbedaan mencolok antara Oppenheimer dan Barbie mencerminkan dua sisi film yang berbeda, yaitu artistik dan komersial. Oppenheimer, dengan tema berat dan nuansa serius, mewakili visi artistik para pembuat filmnya. Di sisi lain, Barbie, dengan genre fantasi dan visual yang menarik, menawarkan hiburan bagi khalayak luas.
Terdapat beberapa alasan mengapa film Oscar berbeda dengan film yang meraja di box office internasional secara komersil.
Film-film yang dinominasikan Oscar biasanya memiliki tema yang lebih serius dan artistik, seperti sejarah, drama, atau biografi. Sementara itu, film-film terlaris biasanya fokus pada genre yang lebih populer, seperti action, komedi, atau fantasi.
Film-film Oscar sering kali memiliki rilis terbatas di bioskop, dengan tujuan untuk menjangkau kritikus film dan komunitas perfilman. Sedangkan film-film terlaris biasanya dirilis secara luas di seluruh dunia untuk memaksimalkan keuntungan box office.
Selain itu, eksistensi layanan streaming seperti Netflix, Amazon Prime Video, dan Apple TV+ telah mengubah lanskap industri film.
Layanan streaming sering kali memproduksi film-film orisinal berkualitas tinggi yang kemudian dirilis secara terbatas di bioskop. Hal ini memungkinkan film-film tersebut untuk memenuhi syarat Oscar tanpa harus bersaing dengan film-film blockbuster di box office.
Salah satu contohnya adalah pada tahun 2021 di mana film CODA yang diproduksi Apple Studios memenangkan Best Picture. Film ini hanya menghasilkan $2 juta di box office, sedangkan film Spider-Man: No Way Home dari Marvel Studios berhasil meraup pundi-pundi sekitar $1,9 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa layanan streaming dapat memberikan alternatif bagi para pembuat film yang ingin membuat film berkualitas tinggi tanpa harus khawatir tentang keuntungan box office.
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Editor