Daftar Peristiwa yang Buruk Bagi Iklim, Aktivitas Manusia Mendominasi

Perubahan pola konsumsi, penggunaan energi terbarukan, dan upaya konservasi lingkungan harus menjadi prioritas utama guna mengatasi tantangan perubahan iklim.

Daftar Peristiwa yang Buruk Bagi Iklim, Aktivitas Manusia Mendominasi Ilustrasi Polusi Udara yang Memperburul Iklim | Unsplash

Perubahan iklim semakin hari semakin memburuk dan dampaknya kian terasa oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia. Kondisi ini mengakibatkan bahaya serius bagi lingkungan dan kehidupan manusia. 

Ketidakpastian cuaca, bencana alam yang semakin sering terjadi, serta perubahan pola musim yang tidak lagi bisa diprediksi menjadi bukti nyata bahwa manusia tengah menghadapi krisis iklim yang semakin parah.

Dalam beberapa dekade terakhir, suhu global terus meningkat, mengakibatkan es di kutub mencair dengan cepat dan permukaan laut naik. Fenomena ini tidak hanya mengancam habitat alami, tetapi juga meningkatkan risiko banjir di daerah pesisir. 

Selain itu, gelombang panas yang ekstrem menjadi lebih sering dan intens, mengancam kesehatan manusia dan keberlanjutan pertanian. Kondisi iklim yang semakin tidak stabil ini memicu terjadinya kekeringan berkepanjangan di beberapa wilayah, sementara wilayah lainnya justru mengalami curah hujan yang berlebihan dan menyebabkan banjir bandang.

Semua perubahan ini tidak terlepas dari berbagai tindakan manusia yang memberikan dampak besar pada lingkungan.

Tindakan yang Buruk Bagi Iklim, Didominasi Aktivitas Manusia

Tindakan yang Dapat Memperburuk Iklim | GoodStats

Pada awal tahun 2024, survei yang dipublikasi oleh Ipsos Global menunjukkan bahwa 23% responden menganggap penggunaan produk perusak ozon sebagai salah satu tindakan manusia yang paling merusak iklim.

Produk seperti pendingin udara dan aerosol mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak lapisan ozon, lapisan pelindung bumi yang penting untuk menyaring sinar ultraviolet berbahaya. Kerusakan ozon ini berkontribusi pada peningkatan suhu global dan perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Selain itu, polusi kendaraan (21%) juga menjadi kontributor utama perubahan iklim. Emisi gas buangan dari kendaraan bermotor, terutama yang berbahan bakar fosil, mengandung karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya. Gas-gas ini kemudian terakumulasi di atmosfer, meningkatkan efek rumah kaca dan mempercepat pemanasan global. Polusi udara yang dihasilkan juga berdampak buruk pada kesehatan manusia dan kualitas udara.

Deforestasi, yang dipilih oleh 16% responden, turut memperburuk situasi iklim dengan mengurangi kemampuan bumi menyerap CO2. Hutan-hutan berfungsi sebagai penyerap karbon alami, namun penebangan dan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian dan pembangunan menyebabkan peningkatan emisi CO2. Hilangnya hutan juga mengganggu ekosistem dan keanekaragaman hayati, memperparah dampak perubahan iklim.

Selanjutnya, sebanyak 15% responden menyoroti sektor industri, listrik, dan panas sebagai penyebab utama emisi gas rumah kaca. Sektor-sektor ini menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, menghasilkan CO2 dan polutan lainnya. Meskipun sudah ada upaya untuk beralih ke sumber energi terbarukan, ketergantungan pada batu bara, minyak, dan gas alam masih tinggi, sehingga emisi yang dihasilkan tetap tinggi.

Produksi plastik dan limbah yang dilaporkan oleh 10% responden juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kerusakan iklim. Selain proses produksi plastik yang berbahaya karena menghasilkan emisi gas rumah kaca, plastik juga tidak mudah terurai, menyebabkan penumpukan sampah di lautan dan lingkungan.

Bahkan, plastik yang telah terbakar atau terurai juga melepaskan bahan kimia berbahaya yang berkontribusi pada polusi udara dan pemanasan global.

Terakhir, 5% responden mengidentifikasi peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung berapi, dan badai sebagai faktor yang memperburuk perubahan iklim.

Meskipun peristiwa alam ini tidak disebabkan oleh manusia, frekuensinya yang meningkat biasanya diperburuk oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Misalnya, peningkatan suhu global dapat memperpanjang musim kebakaran hutan dan memperparah intensitas badai.

Secara keseluruhan, berbagai tindakan manusia dari penggunaan produk perusak ozon hingga deforestasi dan polusi kendaraan secara kolektif berkontribusi pada kondisi iklim yang semakin memprihatinkan. Setiap sektor saling berhubungan dan memiliki perannya sendiri terhadap perubahan iklim, menuntut tindakan segera dan komprehensif dalam meminimasi dampak negatifnya.

Baca Juga: Riset Ipsos: Indonesia Jadi Negara Paling Peduli Masalah Lingkungan

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Persebaran Kasus Cacar Monyet di Uni Afrika Hingga Tahun 2024

Cacar monyet menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan di Afrika dalam usahanya untuk mengendalikan penyebaran dan melindungi masyarakat.

Lebih dari 60% Kasus Cacar Monyet Dunia Ditemukan di Amerika

Sistem pelaporan dan deteksi kasus yang berbeda antar negara memengaruhi jumlah kasus yang tercatat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook