Anomali Penggunaan Alat KB dan Angka Kelahiran di Indonesia

BPS mencatat bahwa angka penggunaan alat KB di Indonesia menurun. Angka ini harusnya menciptakan populasi yang meningkat. Namun, yang terjadi tidak demikian.

Anomali Penggunaan Alat KB dan Angka Kelahiran di Indonesia Ilustrasi Alat KB | Unsplash/rhsupplies

Penggunaan alat KB (Keluarga Berencana) pada dasarnya digunakan untuk mengontrol keturunan dan populasi. Umumnya penggunaan alat KB memang digunakan oleh mereka yang sudah berkeluarga dan berniat untuk memiliki tidak banyak anak.

Pertimbangan untuk tidak memiliki banyak anak sebenarnya didasari oleh banyak faktor, mulai dari permasalahan perekonomian dan permasalahan mengurus anak. 

Pada tanggal 9 Desember lalu Badan Pusat Statistik  (BPS) merilis laporan perihal persentase penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang sudah menikah dari range umur 15 - 49 tahun.

Dari perhitungan rata-rata atas data persentase tahun 2020 hingga 2022, Kalimantan Selatan tercatat menjadi provinsi dengan penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita tertinggi di tahun 2022, dengan angka rata-rata mencapai 68,61 persen.

Posisi tersebut berada di atas Provinsi Lampung dan Kalimantan Tengah yang masing-masing memiliki rata-rata penggunaan alat kontrasepsi masing-masing di angka 63,98 persen.

Jika dikerucutkan, 10 provinsi dengan penggunaan alat KB oleh wanita terbanyak ada di wilayah Sumatera. Meskipun demikian, tren ini menunjukkan kenaikan dan penurunan yang berbeda di masing-masing provinsi.

Apabila dikalkulasikan secara angka nasional. Selama tiga tahun terhitung sejak tahun 2020, Indonesia mengalami penurunan perihal penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita yang menikah dan berada di umur 15 - 49 tahun. Tercatat, pada tahun 2020, angka tersebut berada di 53,5 persen dan terus turun perlahan hingga berada di angka 51,8 persen di tahun 2022.

Penurunan penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia menikah harusnya menciptakan hasil bahwa Indonesia seharusnya memiliki angka kelahiran yang naik. Namun, data tidak berkata demikian, Macrotrends mencatat bahwa angka kelahiran Indonesia juga ikut turun seiring dengan penurunan penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita usia menikah.

Salah satu yang dinilai menjadi faktor yang menciptakan anomali tersebut adalah idealisme pasangan rumah tangga Indonesia yang semakin banyak untuk berkomitmen melakukan Child Free.

Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Maraknya ‘Serangan Fajar’ di Masa Tenang Pilkada 2024, Bawaslu Gencarkan Patroli

Serangan fajar kerap terjadi dalam setiap Pilkada, berbagai pihak membagikan uang untuk memenangkan kandidat pilihannya.

Jakarta Jadi Provinsi dengan Tingkat Kerawanan Tertinggi di Pilkada 2024

Dengan berbagai tantangan yang ada, pelaksanaan Pilkada 2024 membutuhkan perhatian dan kesiapan yang matang dari semua pihak.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook