Dari tahun ke tahun, angka buta huruf di Indonesia kian menurun. Bahkan, untuk rentang usia 15 sampai 44 tahun, angka buta huruf tidak mencapai 1%. Badan Pusat Statistik mencatat, pencapaian ini dibarengi angka partisipasi sekolah yang juga meningkat.
Meskipun demikian, beberapa daerah di Indonesia masih memiliki angka buta huruf yang tinggi, seperti di Papua dan Nusa Tenggara Barat. Angka buta huruf Papua pada tahun 2023 dari berbagai rentang usia masih di atas 12%. Nilai tertinggi pada rentang usia lebih dari 45 tahun sebanyak 22%.
Nusa Tenggara Barat juga masih mencatat nilai angka buta huruf cukup tinggi untuk penduduk usia lebih dari 10 tahun, yakni mencapai 10,89%. Penduduk Nusa Tenggara Barat berusia 45 tahun ke atas memiliki angka buta huruf tertinggi di 2023, sebanyak 26,48%.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan literasi sebagai bagian dari hak asasi manusia. Melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Kemendikbudristek turut memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) yang jatuh pada 8 September tiap tahunnya.
Peringatan HAI sekaligus merepresentasikan komitmen Indonesia untuk ikut berperan mencapai SDG poin 4.6 mengenai pendidikan berkualitas. Dalam poin tersebut, dunia berupaya untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
Dengan rata-rata angka buta huruf yang kurang dari 4%, Indonesia melebihi angka melek huruf global 83,41% berdasarkan World Population Review. Indonesia juga berjajar dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya dengan nilai serupa.
Pencapaian global yang tinggi juga belum dibarengi pemerataan kualitas literasi di semua negara. Masih banyak negara dengan angka melek huruf dibawah rata-rata global. Sebagian negara-negara tersebut terletak di Afrika, seperti Benin, Guinea, Somalia, Nigeria, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Burkina Faso, Mali, dan Chad. Negara lainnya yang juga masih bernilai rendah adalah Afganistan. Chad mencatat nilai terendah, dengan angka melek huruf hanya 27%.
Bersamaan dengan penurunan angka buta huruf, partisipasi sekolah penduduk Indonesia berangsur membaik. Untuk usia 7-12 tahun pada 2023, sebanyak 99,16% anak tengah bersekolah. Di sisi lain, untuk usia 19-24 tahun yang setara dengan pendidikan tinggi, baru memperoleh 28,96%. Angka tertinggi untuk usia 19-24 tahun ini diperoleh DIY dengan nilai 55,8%.
Beberapa daerah luar Pulau Jawa, memiliki angka partisipasi sekolah yang cukup tinggi untuk penduduk berusia 19-24 tahun. Sumatera Barat mencapai angka partisipasi sekolah sebanyak 42,19% untuk rentang usia ini, disusul Maluku sebanyak 40,27%, dan Sulawesi Selatan sebanyak 37,89%.
Perkembangan dunia pendidikan Indonesia menjadi bekal baik menuju kehidupan yang lebih layak, mengingat pendidikan juga menjadi bagian dari hak asasi manusia.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya