Gerakan “All Eyes on Rafah” semakin masif disuarakan di berbagai media sosial. Berbagai lapisan masyarakat termasuk publik figur seperti Bella Hadid hingga Dua Lipa turut serta menyuarakan keprihatinannya. Gambar bertuliskan “All Eyes on Rafah” yang dibagikan di fitur Instagram Story mendominasi gerakan ini, bahkan unggahannya telah mencapai lebih dari 47 juta kali per 31 Mei 2024.
Kalimat “Semua mata tertuju ke Rafah” sendiri pada awalnya muncul dari ucapan Richard Peeperkorn, seorang perwakilan WHO untuk Gaza, yang pada bulan Februari lalu telah memperingatkan jika tentara Israel sampai menyerang kota Rafah maka akan ada bencana besar.
Namun, hal yang ditakutkan Richard Peeperkorn nyatanya terjadi. Pada 7 Mei 2024, Israel melancarkan serangan udara di Rafah untuk menghancurkan peluncur roket yang digunakan dalam serangan terhadap kota-kota perbatasan Israel. Data OCHA menunjukkan bahwa dalam satu hari itu 60 warga sipil Palestina meninggal dan 110 orang terluka.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa serangan di Rafah yang terus berlangsung telah memaksa sekitar 800,000 orang mengungsi dari kota itu. Para pengungsi menghadapi kesulitan baik tempat tinggal, makanan, air, dan layanan sanitasi. Terlebih mengingat Rafah yang merupakan pintu bagi bantuan Internasional kini tidak dapat ditempati.
Dunia pun semakin khawatir dengan tragedi ini. Hingga pada 22 Mei secara terpisah tiga negara Eropa yakni Norwegia, Irlandia, dan Spanyol mengumumkan pengakuannya kepada Palestina sebagai sebuah negara. Tercatat oleh Kementerian Luar Negeri Palestina, pengumuman tersebut kini menambah jumlah negara yang mengakui Palestina menjadi sebanyak 147 negara. Persebarannya dapat dilihat pada peta geografis berikut.
Lebih lanjut, melihat korban sipil yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan membuat marah banyak aktivis di berbagai negara. Dilansir oleh UN News, pada tanggal 24 Mei 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Rafah, Gaza Selatan. Selain itu, ICJ juga meminta Israel untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan, menyusul permintaan dari Afrika Selatan terkait dugaan pelanggaran kewajiban Israel berdasarkan Konvensi Genosida.
Sayangnya Israel menolak tudingan itu dan justru kembali melakukan serangan pada 26 Mei 2024 di Tel al-Sultan, wilayah yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Israel sebagai zona aman. Serangan ini menewaskan paling tidak 45 orang dalam satu hari serta 250 korban luka lain. Oleh karena itu, gerakan sosial “All Eyes on Rafah” pun semakin gempar disuarakan banyak pihak.
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor