Lembaga keuangan multilateral di kawasan Asia-Pasifik, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5 persen pada tahun ini. Lebih lanjut, hal itu disebut akan semakin menguat hingga mencapai 5,2 persen pada tahun 2023.
Hal tersebut diungkapkan dalam laporan yang bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2022 yang dirilis rutin oleh ADB. Dalam laporannya, lembaga ini menyebut bahwa naiknya pendapatan, pekerjaan, serta optimisme di Indonesia saat ini merangsang tumbuhnya pengeluaran konsumen dan kegiatan manufaktur di Indonesia.
Hal ini dapat dikatakan sebagai kabar baik, mengingat pada 2020 lalu perekonomian Indonesia sempat merosot hingga minus 2,1 persen. Untungnya, Indonesia menutup tahun 2021 dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan, yakni hingga 3,7 persen.
Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan terus menguat dan dapat terjadi di berbagai bidang seiring hadirnya normalisasi kegiatan ekonomi.
“Pengeluaran rumah tangga dan investasi memasuki 2022 dengan momentum yang kuat dan gelombang Covid-19 yang ketiga semestinya hanya berdampak minimal terhadap pertumbuhan," ujar Jiro dilansir dari situs resmi ADB.
Namun, ia menyebut hal tersebut dapat berdampak pada inflasi dan keseimbangan fiskal apabila invasi Rusia di Ukraina masih terus terjadi.
Terkait inflasi di Indonesia, angkanya diperkirakan akan naik hingga 3,6 persen pada tahun ini setelah tahun lalu berada di angka rata-rata 1,6 persen. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi melesat lebih cepat dan harga komoditas akan lebih tinggi. Namun, angka ini diperkirakan akan turun hingga 3 persen pada 2023 karena harga komoditas tersebut diproyeksikan mulai mereda.
Untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, ADO 2022 memberikan rekomendasi kepada Indonesia untuk memanfaatkan digitalisasi agar tujuan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita ke negara berpenghasilan tinggi akan tercapai pada 2045. Hal tersebut dapat didukung pemerintah melalui investasi dalam hal infrastruktur digital, insentif fiskal, serta reformasi regulasi.
"Berbagai perusahaan akan memerlukan bantuan agar dapat meningkatkan transfer teknologi, mendorong penelitian dan pengembangan untuk inovasi, serta mengakses angkatan kerja yang melek teknologi," tulis ADB dalam rilisnya.
Tak hanya di Indonesia, ADB juga memproyeksikan tumbuhnya perekonomian hingga 5,2 persen di kawasan Asia pada tahun ini. Kemudian, angka itu akan menguat hingga 5,3 persen di tahun selanjutnya.
Hal ini disebabkan karena kuatnya permintaan domestik serta peningkatan ekspor pada kawasan ini. Namun, proyeksi tersebut bisa saja terganggu akibat ketidakpastian geopolitik serta hadirnya wabah virus Covid-19 varian baru.
Penulis: Raihan Hasya
Editor: Iip M Aditiya