Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak satu dari sepuluh pekerja, atau sekitar 14,37% pekerja Indonesia merupakan female breadwinners. BPS mendefinisikan female breadwinners sebagai perempuan yang bekerja dan menerima pendapatan paling besar di suatu rumah tangga, termasuk di sini perempuan yang menjadi satu-satunya anggota rumah tangga yang bekerja.
Mayoritas dari female breadwinners tinggal di wilayah perkotaan dengan tingkat pendidikan akhir di tingkat dasar. Sejauh ini, kontribusi female breadwinners dalam rumah tangga sangat signifikan. Hampir separuh female breadwinners di Indonesia berkontribusi sekitar 90% sampai 100% bagi pendapatan keluarga.
"Peran mereka sebagai tulang punggung keluarga menunjukkan perubahan dalam dinamika ekonomi rumah tangga serta tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia kerja dan kehidupan keluarga," tulis BPS dalam laporannya.
Sebanyak 47,53% female breadwinners berstatus pekerjaan berusaha. Berusaha dalam hal ini mencakup berusaha sendiri, dibantu karyawan dan dibantu pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar. Menurut Budig, fenomena di mana female breadwinners memilih buat bekerja dengan status berusaha ini tidak lepas dari faktor peran ganda pada pekerjaan dan urusan domestik yang ditanggung.
“Status pekerjaan berusaha menawarkan fleksibilitas waktu dalam mengatur jam kerja sehingga pekerjaan dan tanggung jawab domestik bisa seimbang,” tulis BPS dalam laporannya.
Selain itu, 44,95% female breadwinners berstatus sebagai buruh atau karyawan, dan sisanya memiliki pekerjaan bebas.
Ditinjau dari jenis tempat kerjanya, maka 60,79% female breadwinners bekerja pada usaha perorangan. Menurut BPS, hal ini mengindikasikan bagaimana female breadwinners Indonesia cenderung memilih pekerjaan informal.
“Sejalan dengan status pekerjaan mereka yang banyak terdapat pada kategori berusaha dan buruh/karyawan, kondisi ini mengindikasikan bahwa pekerjaan yang dipilih female breadwinners cenderung karena alasan fleksibilitas waktu yang lebih besar dan hambatan dalam mengakses pekerjaan di sektor formal,” tulis laporan tersebut. Terbatasnya akses modal, pendidikan, dan pelatihan keterampilan turut membuat banyak female breadwinners terjebak dalam pekerjaan dengan pendapatan rendah dan ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, ada pula 19,78% female breadwinners yang bekerja di lembaga profit, 12,15% di lembaga pemerintah, 4,79% di usaha rumah tangga, dan di sektor lainnya sebanyak 2,49%.
Sektor Pekerja Female Breadwinners
Sebanyak 23,61% female breadwinners Indonesia bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor, jadi yang tertinggi di antara sektor lainnya. Di posisi kedua ada sektor pertanian dengan 17,86% dan industri pengolahan dengan 17,37%.
Dilihat dari jumlah jam kerjanya, kebanyakan female breadwinners bekerja sekitar 35 jam hingga 49 jam per minggu. Jumlah jam kerja ini sesuai dengan regulasi standar jam kerja internasional. Meski begitu, terdapat sekitar 21,07% female breadwinners yang bekerja lebih dari 49 jam per minggu, yang tentunya berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga: Wanita Mendominasi ASN di 2024
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor