Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat bahwa penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan terdapat kenaikan tren penyakit jantung, dari yang mulanya sebesar 0,5% di tahun 2013 menjadi 1,5% di tahun 2018 silam. Tidak hanya itu, penyakit jantung juga menjadi beban tanggungan terbesar pada BPJS Kesehatan di tahun 2021, totalnya mencapai Rp7,7 triliun.
Menurut survei terbaru dari Kemenkes bertajuk Survei Kesehatan Indonesia 2023, tingkat prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 0,85% di tahun 2023. Adapun prevalensi penyakit jantung dihitung berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur.
Lebih lanjut, Yogyakarta terpilih sebagai provinsi dengan tingkat prevalensi penyakit jantung tertinggi di tanah air, mencapai 1,67%.
Adapun N tertimbang di Yogyakarta adalah sebanyak 11.757 orang. Lebih lanjut, provinsi dengan tingkat prevalensi penyakit jantung tertinggi kedua dipegang oleh Papua Tengah, nilainya sebesar 1,65%.
DKI Jakarta berada di posisi ketiga dengan 1,56%, disusul oleh Jawa Barat (1,18%), Kalimantan Timur (1,08%), Bali (1%), Kalimantan Utara (0,95%), Kepulauan Riau (0,91%), Jawa Timur (0,88%), dan Sumatera Barat (0,87%).
Jika dilihat dari wilayahnya, maka dapat dipastikan bahwa seluruh wilayah di tanah air menghadapi masalah penyakit jantung yang sama.
Perempuan Punya Prevalensi Penyakit Jantung Lebih Tinggi
Berdasarkan survei yang sama, perempuan memiliki prevalensi penyakit jantung lebih tinggi ketimbang laki-laki. Adapun nilai prevalensi penyakit jantung pada perempuan adalah sebesar 0,91% dengan N tertimbang sebesar 434.270 jiwa. Sedangkan, nilai prevalensi pada laki-laki adalah sebesar 0,8% dengan N tertimbang sebesar 443.261 jiwa.
Itu artinya, penyakit jantung lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Tidak hanya itu, penyakit jantung koroner juga ditetapkan sebagai penyebab utama kematian pada wanita. Risiko penyakitnya juga meningkat drastis sehabis menopause.
National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) menyebutkan bahwa 80% wanita berusia 40 sampai 60 tahun memiliki lebih dari satu faktor penyakit jantung koroner. Hormon pada tubuh wanita memainkan peran penting di dalamnya.
Pencegahan Penyakit Jantung
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Eva Susanti mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kebiasaan merokok, hingga kurangnya aktivitas fisik.
“Untuk mengatasi masalah penyakit jantung di Indonesia, Kemenkes melakukan penguatan pada layanan primer melalui edukasi penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas layanan primer,” ungkap Eva, mengutip laman Sehat Negeriku dari Kemenkes.
Edukasi terkait pentingnya gaya hidup sehat, seperti makan dengan gizi seimbang, kebiasaan olahraga, tidak merokok, menjaga kebersihan dan sanitasi, hingga rutin imunisasi harus ditanamkan sejak dini pada masyarakat Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk menekan angka kematian akibat penyakit berbahaya ini.
Baca Juga: Penyakit Jantung Catatkan Klaim BPJS Kesehatan Terbesar Sepanjang 2022
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor