Kemampuan seseorang untuk mengakses pendidikan yang berkualitas merupakan sebuah privilise. Pemenuhan terhadap akses pendidikan yang berkualitas kini terbilang masih cukup sulit sehingga menjadi tantangan berbagai pihak.
Sulitnya mendapatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas disebabkan oleh beberapa hal. Dari sudut pandang masyarakat, faktor biaya dan jarak menjadi alasan terbesar. Oleh karena itu, pemerintah juga bertanggung jawab atas pemerataan kualitas pendidikan di berbagai wilayah Indonesia.
Ketidakmerataan kualitas pendidikan di Indonesia biasanya berkaitan dengan tenaga pendidik profesional dan fasilitas yang disediakan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Advokasi P2G (Perhimpunan Pendidikan dan Guru), Iman Zanatul Haeri.
"Kualitas tidak akan meningkat kalau ketersediaan guru saja tidak terpenuhi. Sedangkan, baru-baru ini kita melihat para dosen yang nasib kesejahteraannya tidak kurang memprihatinkan," ujar Iman, dikutip dari Liputan6.com, Senin (30/10).
Persebaran tenaga pendidik yang kurang merata terjadi pada guru sekolah. Menurut Iman, kalangan terdidik bertumpuk di kota-kota besar dan sedikit yang bersedia mengajar di daerah terpencil. Selain itu, jumlah guru ASN yang mampu direkrut hanya sampai 500 ribu selama dua tahun terakhir. Padahal sampai 2023, Indonesia masih butuh 1,3 juta guru ASN. Dalam hal ini, dukungan Pemda sangat krusial karena kewenangan pendidikan dasar, menengah dan atas ada di Pemda kabupaten atau kota dan Pemprov.
Berkaitan dengan persebaran pendidikan yang dinilai berkualitas di Indonesia, Yogyakarta disebut sebagai kota terbaik untuk belajar. Hal ini tidak telepas dari keberadaan berbagai perguruan tinggi ternama dan berkualitas di kota tersebut sehingga Yogyakarta menjadi pusat pendidikan. Oleh karena itu, Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Pelajar.
Dengan wilayah seluas 3.186 km², Yogyakarta menyediakan 128 perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelajar untuk dapat menempuh pendidikan di Yogyakarta. Merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh GoodStats menggunakan panel responden Poplite by Populix, mayoritas responden (70%) memilih Yogyakarta sebagai kota untuk belajar.
Yogyakarta juga menduduki peringkat ke-126 sebagai Kota Pelajar Terbaik berdasarkan QS Best Student Cities 2024. Yogyakarta mendapat poin 51,4 dari indeks tersebut yang menilai kota berdasarkan enam indikator utama, yaitu: peringkat universitas, campuran mahasiswa, daya tarik, aktivitas pemberi kerja, keterjangkauan, dan suara mahasiswa.
Selain Yogyakarta, Bandung menjadi kota terbaik untuk menempuh pendidikan. Sebanyak 45% responden mengatakan demikian. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan 44% responden yang memilih Jakarta sebagai kota terbaik untuk belajar. Dalam QS Best Student Cities 2024, kedua kota tersebut masing-masing mengantongi skor 52,7 dan 49,3 sehingga Bandung menduduki posisi ke-133, sedangkan Jakarta ke-122.
Kota terbaik selanjutnya berasal dari Jawa Timur. Sebanyak 20% responden merasa Surabaya menjadi kota terbaik untuk belajar, disusul oleh Malang yang dipilih oleh 19% responden.
Selain kuantitas dan kualitas pendidikan, pemilihan kota-kota tersebut juga didukung oleh faktor lain, misalnya kemudahan mobilisasi dengan adanya fasilitas dan transportasi umum yang memadai. Sebanyak 62% responden mengungkapkan unsur tersebut menjadi poin yang cukup penting.
Biaya hidup yang murah juga turut menjadi pertimbangan. Sebagai masyarakat yang merantau dengan berbagai kebutuhan hidup dan kebutuhan pendidikan, sebanyak 44% mencari kota untuk belajar dengan biaya hidup yang relatif rendah. di Yogyakarta, biaya hidup yang dibutuhkan untuk tinggal di kota ini berkisar antara Rp1-1.5 Juta per bulan, menurut BFI Finance. Sementara itu, Upah Minimun Provinsi (UMP) Yogyakarta tahun 2023 mencapai 1,9 juta.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya