Menurut data statistik yang dirilis oleh Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), negara-negara kelahiran paling umum dari imigran berpendidikan tinggi yang tinggal di negara-negara OECD adalah India, Cina, dan Meksiko.
India menempati urutan teratas sebagai negara asal imigran berpendidikan tinggi terbanyak yang tinggal di negara-negara OECD, dengan 3,12 juta emigran.
Populasi India sendiri berjumlah 1,325 miliar jiwa, sehingga proporsi imigran berpendidikan tinggi terhadap total populasi India relatif kecil. Namun, jumlah imigran berpendidikan tinggi dari India tetap yang terbesar secara keseluruhan.
Sementara itu, Cina menempati peringkat kedua dengan 2,25 juta penduduk migran berpendidikan tinggi yang tinggal di negara-negara OECD. Populasi Cina sendiri sedikit lebih besar dari India, yaitu 1,379 miliar jiwa. Namun, proporsi imigran berpendidikan tinggi terhadap total populasi Cina lebih kecil dibandingkan dengan India.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun populasinya besar, Cina masih menghadapi tantangan dalam mempertahankan pekerja terampilnya sendiri.
Selain India dan Cina, beberapa negara lain juga mengalami brain drain yang signifikan. Negara-negara tersebut antara lain Filipina, Polandia, Meksiko, dan Rusia. Filipina, misalnya, telah dikenal sebagai negara pemasok tenaga kesehatan profesional ke dunia, terutama perawat.
Sebanyak 1,89 juta perawat Filipina yang tergolong sebagai tenaga profesional terampil telah beremigrasi ke negara-negara OECD, terutama Amerika Serikat. Akibatnya, 14,3 persen dari tenaga kerja terampil Filipina telah beremigrasi ke OECD pada tahun 2015 hingga 2016.
Proporsi imigran berpendidikan tinggi ini bahkan lebih tinggi di negara-negara berkembang yang kecil atau terisolasi. Di Guyana, negara bagian Karibia, hampir 71 persen penduduk yang berpendidikan tinggi telah pergi ke negara-negara OECD. Angka ini diikuti oleh Trinidad dan Tobago (66 persen) dan Mauritius (63 persen).
Jerman adalah negara tujuan terpopuler bagi emigran berpendidikan tinggi dari negara-negara lain, dengan 1,47 juta imigran. Disusul oleh Polandia (1,20 juta imigran) dan Meksiko (1,14 juta imigran).
Tren migrasi ini dapat dilihat sebagai "brain drain" bagi negara-negara asal para imigran ini karena hilangnya pekerja terampil yang dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi negara asal mereka.
Brain drain merupakan fenomena imigrasi atau perpindahan individu terdidik dan terampil dari negara asal mereka ke negara lain. Mereka yang berimigrasi seringkali memiliki gelar sarjana, pascasarjana, atau keahlian khusus yang diminati di tempat lain.
Penyebab Brain Drain
Salah satu alasan utama brain drain adalah harapan untuk mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik. Negara-negara maju seringkali menawarkan gaji yang lebih tinggi, tunjangan yang lebih baik, dan peluang kemajuan karier yang lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang.
Selain gaji, negara maju juga mungkin menawarkan standar hidup yang lebih tinggi, termasuk jam kerja yang lebih pendek, perawatan kesehatan yang lebih baik, dan infrastruktur yang lebih mapan.
Para profesional yang berorientasi pada penelitian mungkin pindah ke negara yang menawarkan lingkungan penelitian yang lebih baik, dengan akses ke dana penelitian, teknologi terbaru, dan kolaborasi dengan para ahli terkemuka.
Keadaan tidak aman atau ketidakpastian politik di negara asal dapat mendorong para profesional terampil untuk mencari lingkungan yang lebih stabil untuk hidup dan bekerja.
Dampak Brain Drain
Brain drain dapat memiliki dampak negatif bagi negara-negara asal imigran. Para imigran berpendidikan tinggi seringkali memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di negara asal mereka.
Ketika mereka pergi ke negara lain, negara asal mereka kehilangan sumber daya manusia yang penting ini.
Selain itu, brain drain juga dapat menyebabkan kekurangan tenaga kerja terampil di negara asal. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di negara tersebut.
Tren migrasi ini merupakan tantangan bagi negara-negara berkembang, karena mereka kehilangan pekerja terampil yang dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi negara mereka
Penulis: Christian Noven Harjadi
Editor: Iip M Aditiya