Tren Boneka Labubu, Koleksi di E-Comerence Tembus Rp60 Juta!

Labubu telah menjadi tren di berbagai kalangan setelah banyak influencer menggunakannya. Pendapatan Pop Mart bahkan naik akibat fenomena ini.

Tren Boneka Labubu, Koleksi di E-Comerence Tembus Rp60 Juta! Lisa BLACKPINK Dengan Boneka Lalubunya | @lalalisa_m/BangkaPos.com

Boneka Labubu, karakter populer dari seri The Monsters karya ilustrator Hong Kong, Kasing Lung, tengah menjadi pusat perhatian kolektor di seluruh dunia. Labubu, yang terkenal dengan telinga runcing, ekspresi nakal, dan gigi bergerigi, telah menjadi tren setelah banyak selebriti papan atas seperti Lisa BLACKPINK terlihat mengenakannya sebagai aksesori dalam berbagai kesempatan.

Minat terhadap boneka ini melonjak drastis. Kolektor dan penggemar berlomba-lomba berburu untuk mendapatkan Labubu, bahkan rela membayar harga yang lebih tinggi demi mendapatkan varian langka. Edisi terbatas dari boneka ini kerap habis terjual hanya beberapa saat setelah dirilis.

Pengaruh BLACKPINK terhadap Pop Mart

Perkembangan Pendapatan Pop Mart
Perkembangan pendapatan Pop Mart dari tahun ke tahun | GoodStats

Pop Mart, sebuah perusahaan mainan asal Tiongkok, telah mencatat lonjakan pendapatan yang luar biasa sejak kemunculannya di pasar internasional. Salah satu pendorong signifikan dari kesuksesan ini adalah pengaruh selebriti global, khususnya Lisa BLACKPINK.

Labubu, karakter dari seri The Monsters karya Kasing Lung, mulai mendapatkan popularitas yang luar biasa setelah Lisa mengunggah gambar dirinya dengan gantungan kunci Labubu di tas mewahnya. Tak lama setelah itu, para penggemar Lisa—terutama mereka yang berasal dari komunitas K-pop—mulai berlomba untuk mendapatkan boneka serupa.

Tidak hanya sekadar koleksi mainan, Labubu telah menjadi simbol eksklusivitas yang diidamkan oleh para penggemar BLACKPINK. Tren ini juga diperkuat oleh pengaruh media sosial, di mana gambar dan video Lisa dengan Labubu tersebar luas di berbagai platform seperti Instagram dan TikTok.

Fenomena ini secara langsung mempengaruhi peningkatan permintaan untuk karakter ini, yang menyebabkan banyak edisi boneka Labubu terjual habis dalam hitungan menit setelah peluncurannya.

Dampak langsung dari tren ini terlihat jelas dalam laporan keuangan Pop Mart. Sejak tahun 2019, perusahaan tersebut terus menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Pada tahun 2020, ketika Lisa mulai memperkenalkan Labubu kepada penggemarnya, Pop Mart berhasil meningkatkan pendapatan mereka menjadi Rp37,65 triliun, naik dari Rp24 triliun di tahun sebelumnya.

Pada tahun-tahun berikutnya, berkat kolaborasi dengan selebriti seperti Lisa dan strategi pemasaran yang cermat, pendapatan mereka meningkat tajam menjadi Rp94,5 triliun pada tahun 2023, dengan laba bersih yang melonjak hingga Rp16,20 triliun.

BLACKPINK, sebagai salah satu grup K-pop paling terkenal di dunia, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mempromosikan produk kepada basis penggemar global mereka.

Lisa, yang dikenal memiliki jutaan pengikut di Instagram, secara efektif memanfaatkan platform media sosial untuk memperkenalkan produk-produk yang ia sukai, termasuk Labubu. Tren ini memicu apa yang disebut sebagai "efek Lisa", di mana apa pun yang dikenakan atau digunakan oleh Lisa segera menjadi tren global.

Selain itu, popularitas Labubu juga mengokohkan strategi pemasaran Pop Mart yang berfokus pada blind box. Konsep ini menggabungkan elemen kejutan dengan koleksi edisi terbatas, yang sangat menarik bagi penggemar seperti BLINKs—sebutan untuk penggemar BLACKPINK—yang ingin memiliki barang-barang serupa dengan idola mereka.

Dengan dukungan dari penggemar K-pop dan strategi pemasaran yang inovatif, Pop Mart berhasil memanfaatkan momen untuk mengembangkan mereknya ke pasar internasional, memperluas jangkauannya ke negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan Eropa.

Baca Juga: Daftar Merek Sepatu yang Paling Disukai Masyarakat, Adidas Teratas

Harga Boneka Labubu di E-Commerce

Harga Terendah dan Termahal
Perbandingan harga terendah hingga termahal di toko resmi dan e-toko lainnya | GoodStats

Seiring dengan meningkatnya popularitas Labubu, harga boneka ini di pasar sekunder dan e-commerce melonjak secara drastis. Fenomena ini bisa dilihat di berbagai platform e-commerce di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, hingga Bukalapak.

Harga Labubu bervariasi tergantung pada edisi, kelangkaannya, barangnya, dan ukuran. Di platform seperti Tokopedia, harga tertinggi yang pernah tercatat untuk ukuran besar (Mega) Labubu mencapai Rp66 juta, sementara harga termurah di platform yang sama hanya Rp120 ribu untuk aksesoris Labubu gantungan kunci.

Lonjakan harga ini tidak lepas dari strategi pemasaran Pop Mart yang menggunakan sistem blind box. Dalam sistem ini, konsumen tidak tahu varian mana yang mereka dapatkan hingga mereka membuka kotaknya. Sistem ini menciptakan rasa penasaran dan eksklusivitas, terutama untuk edisi-edisi terbatas yang hanya tersedia dalam jumlah sangat sedikit.

Dalam beberapa kasus, varian langka dari Labubu, seperti edisi spesial yang diwarnai tangan atau kolaborasi dengan seniman tertentu, diharga puluhan juta rupiah di pasar sekunder. Hal ini juga terjadi di Shopee, di mana harga termurah Labubu dapat ditemukan pada kisaran Rp15 ribu, namun edisi kolaborasinya dengan brand Vans bisa mencapai Rp12 juta.

Fenomena harga yang melambung tinggi ini juga dipengaruhi oleh kolektor yang melihat Labubu sebagai bentuk investasi. Banyak kolektor mainan yang percaya bahwa nilai boneka ini akan terus naik seiring dengan bertambahnya permintaan dan kelangkaan di pasar.

Sebagai contoh, beberapa koleksi edisi terbatas Labubu, terutama yang dipopulerkan oleh Lisa BLACKPINK, menjadi barang yang sangat dicari oleh para kolektor di seluruh dunia. Media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan permintaan ini, di mana kolektor dan penggemar sering memamerkan koleksi mereka melalui video unboxing atau konten yang memamerkan gaya hidup dengan Labubu sebagai aksesori tas.

Dengan harga yang terus melonjak, tren Labubu telah mengubah boneka ini dari sekadar mainan menjadi simbol status di kalangan penggemar dan kolektor. Ketersediaan boneka ini di berbagai e-commerce juga menjadikan Labubu semakin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia, meskipun harganya bervariasi tergantung pada kelangkaan edisi yang tersedia. Beberapa kolektor bahkan rela membayar harga premium untuk mendapatkan boneka edisi langka yang sudah habis terjual di toko resmi.

Baca Juga: Bukan Google, Gen Z Pilih Media Sosial Sebagai Alat Pencari Informasi Brand

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Menuju Akses Hutan yang Berkeadilan Melalui Perhutanan Sosial

Akses kelola hutan di tahun 2024 bertambah menjadi 8,01 juta hektar dengan jumlah unit 10.952 SK, melibatkan 1,38 juta KK di Indonesia, kecuali DKI Jakarta.

10 Tahun Film Waralaba John Wick, Sukses dan Ikonik Lewat Keanu Reeves

Semakin kuyu tampang Keanu Reeves, semakin banyak pula musuh yang dikalahkannya dalam setiap film John Wick, dan cuan pun melonjak.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook