Tiktok Makin Digilai untuk Akses Berita, Tapi Semakin Sulit Kenali Berita Bohong

Reuters Institute laporkan bahwa TikTok makin populer sebagai sumber utama berita, tetapi pengguna juga makin kesulitan kenali berita palsu di platform tersebut

Tiktok Makin Digilai untuk Akses Berita, Tapi Semakin Sulit Kenali Berita Bohong Ilustrasi Pengguna Tiktok | Cottonbro Studio/Pexels

Kini, akses terhadap informasi ada di ujung jari kita, siap dibuka kapan saja dan di mana saja. Media sosial pun telah menjadi gerbang utama untuk mendapatkan berita, menghadirkan informasi dari seluruh penjuru dunia dengan cepat dan efisien. Dengan satu sentuhan di layar ponsel, kita bisa langsung tenggelam dalam lautan informasi yang tak berujung.

Fakta ini semakin jelas dalam laporan terbaru Reuters Institute. Hanya 22% orang yang masih setia menggunakan situs web atau aplikasi berita sebagai sumber utama, angkanya turun drastis sejak tahun 2018.

Sebenarnya, media arus utama masih dominasi kanal berita di platform, seperti Facebook dan X (dulu Twitter). Namun, Generasi Z kini dilihat lebih tertarik pada suara baru dari komentator partisan, influencer, hingga pembuat konten di YouTube serta TikTok.

TikTok, yang dulu hanya dikenal sebagai platform video singkat, kini menjadi salah satu sumber berita utama bagi banyak anak muda. Penggunaan TikTok untuk berita melonjak menjadi 23% di kalangan usia 18-24 tahun, naik 2% dari tahun lalu.

Bagi anak muda, TikTok bukan hanya tempat untuk menari dan bernyanyi, melainkan juga untuk mendapatkan informasi terbaru dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.

Negara Pengguna TikTok Terbanyak untuk Berita
Data diambil dari Laporan Reuters Institute dalam "Digital News Report 2024" terhadap 47 Jejaring Sosial di Seluruh Dunia | GoodStats

Baca Juga: Indonesia Jadi Negara Pengguna TikTok Terbanyak ke-2 di Dunia

Pengguna media sosial yang mengakses TikTok untuk berita meningkat pesat di Afrika, Amerika Latin, dan beberapa bagian wilayah Asia. Reuters menemukan lebih dari sepertiga pengguna di Thailand (39%) dan Kenya (36%) menggunakan TikTok untuk mengakses berita setiap minggunya. Di Indonesia (29%) dan Peru (27%), angka ini juga cukup tinggi. Hasil ini ditemukan setelah diadakan survei selama bulan Januari-Februari 2024.

Angka ini jauh berbeda dibandingkan dengan Inggris (4%), Denmark (3%), dan Amerika Serikat (9%), yang notabane bagian kelompok negara maju. Di AS sesungguhnya, masa depan TikTok masih tidak pasti karena kekhawatiran tentang pengaruh Tiongkok.

Popularitas media sosial, khususnya TikTok sebagai kanal berita yang semakin luas ini juga dianggap menarik perhatian politisi. Misalnya, presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, gencar memanfaatkan media sosial sebagai wadah kampanye yang me-rebranding dirinya sebagai 'Kakek Gemoy'. 

Namun, dengan semakin banyaknya pengguna internet yang mengakses berita melalui media sosial, kekhawatiran tentang berita palsu juga meningkat. Meski banyak yang dapat membedakan keakuratan berita, masih ada pengguna yang kesulitan membedakannya.

Persentase Pengguna Media Sosial yang Sulit Kenali Berita Akurat
Data diambil dari Laporan Reuters Institute dalam "Digital News Report 2024" terhadap 47 Jejaring Sosial di Seluruh Dunia | GoodStats

Lebih dari seperempat pengguna TikTok (27%) dan X (24%) masih merasa kesulitan membedakan berita yang dapat dipercaya. Masalah ini juga masih ditemukan di beberapa platform besar lain, seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan WhatsApp, meski angkanya lebih rendah.

Namun, secara keselurahan, Reuters laporkan bahwa jumlah pengguna media sosial yang masih merasa kesulitan naik dari 56% menjadi 59%. Negara seperti Afrika Selatan (81%), Amerika Serikat (72%), dan Inggris (70%) yang sedang menggelar pemilu tahun ini, memperlihatkan kekhawatiran terbesar.

Di tahun pemilu yang krusial ini, Reuters menemukan bahwa banyak orang khawatir tentang keakuratan konten, potensi manipulasi oleh pihak tak bertanggung jawab, cara politisi dan tokoh media menyuarakan pendapat, serta ketidakjelasan dalam pemilihan dan promosi konten dari platform yang ada.

Selain itu, kekhawatiran tentang misinformasi juga dikaitkan dengan opini yang kontroversial serta produk jurnalisme yang dianggap 'dibuat-buat' dan kurang didukung bukti yang jelas.

Baca Juga: TikTok Puncaki Daftar 10 Aplikasi dengan Pendapatan Terbesar di Indonesia Tahun 2023

Penulis: Intan Shabira
Editor: Editor

Konten Terkait

Menuju Akses Hutan yang Berkeadilan Melalui Perhutanan Sosial

Akses kelola hutan di tahun 2024 bertambah menjadi 8,01 juta hektar dengan jumlah unit 10.952 SK, melibatkan 1,38 juta KK di Indonesia, kecuali DKI Jakarta.

10 Tahun Film Waralaba John Wick, Sukses dan Ikonik Lewat Keanu Reeves

Semakin kuyu tampang Keanu Reeves, semakin banyak pula musuh yang dikalahkannya dalam setiap film John Wick, dan cuan pun melonjak.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook