Kakao adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki potensi besar untuk terus ditingkatkan produktivitasnya. Pada 2025, pemerintah menargetkan lonjakan produksi dengan serangkaian program strategis mulai dari peremajaan tanaman hingga perluasan lahan baru.
Potensi Kakao Indonesia
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2020 hingga 2024, tren produksi dan luas lahan kakao di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada 2020, luas lahan kakao tercatat sebesar 1,51 juta hektare dengan volume produksi mencapai 720,66 ribu ton. Namun, sejak tahun tersebut, baik luas areal maupun jumlah produksi cenderung menurun.
Pada 2021, luas areal kakao turun menjadi 1,46 juta hektare, disertai penurunan produksi menjadi 688,21 ribu ton. Tren penurunan ini berlanjut pada 2022, di mana luas lahan menyusut ke 1,42 juta hektare dan produksi turun lebih tajam ke 650,61 ribu ton.
Memasuki 2023, penyusutan lahan berlanjut hingga mencapai 1,39 juta hektare, sementara produksi kembali menurun ke 632,12 ribu ton. Penurunan ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan berbanding lurus dengan total produksi, yang artinya semakin sedikit lahan yang digunakan, maka potensi hasil panen pun ikut berkurang.
Menariknya, pada 2024 meskipun luas lahan sedikit berkurang lagi menjadi 1,38 juta hektare, produksi justru mengalami sedikit kenaikan menjadi 632,70 ribu ton. Kenaikan tipis ini mengindikasikan adanya perbaikan pada produktivitas per hektare, kemungkinan dipengaruhi oleh penerapan teknik budidaya yang lebih baik, penggunaan benih unggul, atau harga kakao yang meningkat sehingga memotivasi petani untuk lebih intensif mengelola kebunnya.
Terdapat jutaan petani kakao di Indonesia, dan sektor ini menyerap ±2.500 tenaga kerja langsung dari 11 produsen kakao global yang berinvestasi. Indonesia juga memiliki varietas kakao unggul seperti edel (Banyuwangi) dan BL50 (Sumatra Barat) yang diakui kualitasnya.
Langkah Pemerintah Tingkatkan Produktivitas
Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, menekankan penyediaan benih unggul dan penguatan sistem perbenihan sebagai kunci peningkatan daya saing kakao di pasar global. Abdul Roni Angkat, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, menyatakan bahwa produktivitas dan kualitas kakao dapat meningkat dengan dukungan teknologi dan manajemen budidaya modern.
Beberapa langkah yang ditempuh pemerintah antara lain:
- Pelatihan petani dalam teknik budidaya modern, pengendalian hama, dan pengelolaan pascapanen
- Pengembangan 20 ribu hektare lahan kakao baru dengan anggaran Rp371 miliar hingga 2025
- Ekstensifikasi lahan di bekas tambang, perhutanan sosial, dan hutan tanaman industri
- Peremajaan tanaman yang sudah tua dengan penyediaan benih unggul bersertifikat
Dengan potensi alam yang melimpah, dukungan teknologi, dan strategi pemerintah yang terarah, kakao Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisinya di pasar global. Sinergi antara petani, pemerintah, dan pelaku industri diharapkan mampu menghasilkan kakao berkualitas tinggi dengan produktivitas optimal, sekaligus meningkatkan kesejahteraan jutaan petani kakao di tanah air.
Baca Juga: Produksi Kakao Sulawesi Tengah dalam 1 Dekade Terakhir
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2024/11/29/ed255af0c9059f288fb7e1de/statistik-kakao-indonesia-2023.html
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTMyIzI=/produksi-tanaman-perkebunan--ribu-ton-.html
https://ditjendaglu.kemendag.go.id/publikasi/kakao
Penulis: Ita Wahyu Lestari
Editor: Editor