Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 baru saja melaksanakan upacara pembukaannya pada Senin (9/9) malam di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh. Acara pembukaan tersebut dihadiri langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo menyebutkan bahwa pembukaan dan pelaksanaan PON XXI ini berjalan sesuai target. Persiapan penyelenggaraan pekan olahraga pertama yang diadakan di 2 provinsi sekaligus ini juga dinilai sangat matang dan telah mencapai tahap final, beberapa pertandingan bahkan sudah mulai terlebih dahulu.
“Karena kolaborasi yang baik dan komunikasi yang baik, tantangan-tantangan PON yang dilakukan di dua daerah provinsi ini yang dilakukan sementara semua sesuai target dan tercapai,” tutur Dito, mengutip situs resmi Kemenpora.
PON XXI secara resmi digelar pada 9-20 September 2024, meski beberapa cabang olahraga telah memulai pertandingannya dahulu. PON kali ini diadakan bersamaan di Aceh dan Sumatra Utara, menjadi PON pertama dalam sejarah yang dijamu oleh 2 provinsi sekaligus. Sebanyak 13.000 atlet dari seluruh provinsi Indonesia akan bertanding dalam 65 cabang olahraga.
Jakarta Langganan Juara Umum PON
Sejauh ini, PON telah dilaksanakan sebanyak 21 kali. DKI Jakarta mencatatkan jumlah kemenangan tertinggi. Provinsi tersebut telah menyabet titel juara umum PON sebanyak 11 kali.
Gelar juara umum pertama kali diraihnya pada PON IV Makassar pada 1957. DKI Jakarta berhasil mengumpulkan 21 emas, 18 perak, dan 16 perunggu, naik ke posisi pertama mengalahkan Jawa Timur (16 emas, 18 perak, 8 perunggu) dan Jawa Tengah (16 emas, 9 perak, 15 perunggu).
Setelahnya, DKI Jakarta tercatat beberapa kali meraih kemenangan, seperti pada PON VII, PON VIII, PON IX, PON X, hingga yang terbaru pada PON XVIII di Pekanbaru, Riau.
Setelah Jakarta, Jawa Barat dinobatkan sebagai provinsi dengan gelar juara umum PON terbanyak. Provinsi tersebut telah memenangkan 5 kali PON, pertama kali pada tahun 1951, yang merupakan edisi kedua.
Pada PON II tersebut, kontingen Jawa Barat membawa pulang 21 emas, 10 perak, dan 11 perunggu. Runner-up dipegang oleh Jakarta dengan 17 emas, 19 perak, dan 16 perunggu, sedangkan di urutan ketiga ada Jawa Timur dengan 9 emas, 13 perak, dan 12 perunggu.
Jawa Barat kemudian menjadi juara umum lagi pada PON III, PON V, dan dua gelaran PON terakhir, yakni PON XIX dan PON XX. Jawa Barat akan mencatatkan hattrick jika berhasil meraih juara di PON XXI 2024 ini.
Selanjutnya, Jawa Timur mencatatkan 2 kali kemenangan, yakni di tahun 2000 dan 2008. Terakhir, Jawa Tengah yang ketika itu bertanding sebagai Karesidenan Surakarta, berhasil menjadi juara umum PON di edisi pertama.
Sementara itu, PON IV Jakarta pada 1965 lalu batal dilaksanakan sehubungan dengan peristiwa G30S/PKI.
Kisah Dibalik PON I 1948
PON pertama kali diadakan pada tahun 1948, 3 tahun setelah menyatakan kemerdekaannya atas kolonialisme Belanda. Ketika itu, Indonesia dilarang untuk mengikuti Olimpiade London 1948 karena beberapa alasan, antara lain karena Indonesia tidak terdaftar sebagai anggota di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) belum terdaftar sebagai anggota International Olympic Committee (IOC), dan ketiga, karena Inggris menolak paspor Indonesia.
Absennya Indonesia dalam Olimpiade London 1948 mendorong PORI untuk mengadakan pekan olahraga sendiri. Pada konferensi darurat tanggal 1 Mei 1948, lahirlah PON yang hingga saat ini masih terus dilaksanakan.
PON I pun diadakan di Solo pada 9-12 September 1948 dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai ketua penyelenggara dan P. Soerjohamidjojo sebagai ketua pelaksana di Solo. Pusat PORI yang saat itu berada di Solo membuatnya terpilih sebagai tuan rumah pertama.
PON pertama Indonesia diikuti oleh 600 atlet dari 13 daerah. Cabang olahraga yang dipertandingkan pun tidak begitu banyak, meliputi atletik, basket, bola keranjang, bulu tangkis, panahan, pencak silat, renang (polo air), sepak bola, dan tenis.
Karesidenan Surakarta (Jawa Tengah) berhasil meraih gelar juara umum PON I dengan perolehan 16 emas, 10 perak, dan 10 perunggu. Sejak 4 Juli 1950, Karesidenan Surakarta sudah tidak ada dan diganti menjadi Kota Surakarta dan 6 kabupaten sekitar.
Baca Juga: Simak Biaya Penyelenggaraan PON dari Tahun ke Tahun
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor