Nilai tukar rupiah terhadap dolar (AS) pada hari ini (24/6) mencapai Rp16,435. Pada pagi hari, nominalnya bahkan lebih tinggi, yaitu mencapai Rp16,465. Dalam keterangan Otoritas Jasa Keuangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar paling rendah terjadi saat krisis moneter 1998, dengan nominal Rp16,650.
Dengan demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini hampir mendekati nilainya pada masa krisis moneter lalu.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga hampir memiliki nominal yang sama ketika pandemi. Pada Maret 2020, US$1 setara dengan Rp16.367. Nilai tersebut turun dari bulan ke bulan, hingga ke angka Rp14,105 pada akhir tahun 2020.
Dalam 5 tahun terakhir, nilai tukar rupiah paling tinggi dicapai saat Januari 2020, dengan nilai Rp13.662.
Bagaimana Dengan Mata Uang Negara Lain?
Dilansir dari CNN Indonesia, tak hanya rupiah yang mengalami pelemahan nilai. Sejumlah mata uang negara lain juga mengalami hal yang sama. Ringgit Malaysia turun 0,01% seperti rupiah, baht Thailand turun 0,11%, dan dolar Singapura turun 0,05%.
Tidak hanya di Asia Tenggara, negara Asia lainnya juga alami hal serupa, di mana won Korea Selatan turun 0,18% dan yen China turun 0,01%. Dari Eropa, poundsterling Inggris melemah 0,07%, euro Eropa melemah 0,06%, dolar Australia melemah 0,14%, dan franc Swiss melemah 0,01%.
Pemerintah Yakin Ekonomi Indonesia Akan Menguat
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keyakinannya atas keuangan Indonesia yang akan menguat ke depannya. Dilansir dari CNBC Indonesia, Sri Mulyani menyampaikan pelemahan nilai rupiah disebabkan persoalan global.
Penguatan ekonomi Amerika Serikat disinyalir menjadi sebab turunnya nilai mata uang negara lain. Penguatan tersebut menyebabkan Fed Fund Rate yang tidak pasti. Guncangan geopolitik internasional juga memberi pengaruh.
Sementara itu, dari dalam negeri, konsumsi masyarakat masih kuat. Disambung Mandiri Spending Index, konsumsi semen dan listrik masyarakat, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Purchasing Managing Index masih berada di posisi yang baik.
"Ini menjadi pondasi yang cukup baik untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II ini yang masih terjaga seperti yang terjadi di kuartal I. Kredit perbankan juga mengalami kenaikan dalam hal ini jumlah ekspansi kreditnya baik kredit investasi, modal kerja, konsumsi," jelas Sri Mulyani.
Meskipun demikian, kekhawatiran atas penurunan nilai tukar rupiah ini mulai dirasakan masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan karena faktor pelemahan rupiah yang tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat sehingga menyebabkan kekhawatiran.
Harapannya, nilai tukar rupiah kembali membaik dan kestabilan ekonomi yang disampaikan pemerintah tercapai di kuartal II mendatang.
Baca juga: Rupiah Kian Melemahnya, Apa Penyebabnya?
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor