Gula tebu merupakan salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Tebu sebagai salah satu komoditas perkebunan memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian secara global.
Laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonom (OECD) menyebut, rata-rata produksi tebu secara global mencapai 1,77 miliar metrik ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 1,06 persen dibandingkan tahun 2018-2020 yang sebesar 1,75 miliar metrik ton. Diproyeksikan, produksi tebu akan tumbuh hingga 1,96 miliar metrik ton pada 2030 mendatang.
Melihat dari areal perkebunan, luas areal perkebunan tebu di dunia sebesar 24,4 juta hektar pada 2021, luas tersebut masih sama seperti tahun 2020.
Berdasarkan Data Food & Agriculture (FAO), Brasil menjadi negara produsen tebu terbesar di dunia dengan total produksi tebu mencapai 42,05 juta metrik ton pada 2021. Sementara itu, Indonesia masuk dalam peringkat 9 negara penghasil tebu terbanyak di dunia dengan total 28,9 juta ton pada 2020.
Hal tersebut dapat terlihat bahwa produksi gula lokal di Indonesia meningkat. Lalu bagaimana tren perkembangannya?
Tren produksi gula tebu lokal meningkat
Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gula lokal sebenarnya terbilang stabil dalam tren kenaikan. Hanya pada 2020 saja angka produksi turun akibat imbas pandemi Covid-19 dan bisa bangkit kembali di tahun 2021.
BPS mencatat, produksi gula tebu perkebunan besar di Indonesia mencapai 1.033,3 ton pada 2021. Angka tersebut meningkat 5,9 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun 2020 sebesar 975,6 ton. Angka tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
Data tersebut merupakan hasil gula tebu dari perkebunan besar yang dikelola secara komersial oleh perusahaan yang berbadan hukum. Perkebunan besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PBN), perkebunan Besar Swasta (PBS) nasional atau asing, dan juga hasil produksi yang menggunakan bahan mentah dari perkebunan masyarakat.
Meski produksi gula tebu di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, masih belum cukup memenuhi kebutuhan nasional. Pasokan gula tebu di Tanah Air selama ini masih bergantung dari pasokan gula tebu impor. Angka produksi gula tebu perkebunan besar masih jauh dibawah kebutuhan nasional.
BPN: perlu kolaborasi perusahaan BUMN dan swasta
Badan Pangan Nasional mencatat, kebutuhan gula nasional mencapai 7,3 juta ton per tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, lebih dari separuh atau 4 juta ton masih dipenuhi dari impor. Dari total kebutuhan gula nasional, kebutuhan gula konsumsi adalah 3,2 juta setahun. Angka tersebut masih jauh dengan jumlah pasokan produksi dalam negeri yang hanya mencapai 2,2 juta ton.
Guna mengatasi persoalan tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulisnya mengatakan, pemerintah harus gencar menguatkan tata kelola gula nasional.
“Tata kelola gula nasional menjadi sangat penting di tengah keterbatasan bahan baku tebu yang masih terjadi di Indonesia.” sebut Arief pada Kamis, (4/7)
Berkenaan dengan hal tersebut Arief menambahkan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan BPN untuk menambah pasokan gula nasional dan mengurangi impor gula dalam lima tahun untuk mencapai swasembada.
Selain itu, perlu adanya dukungan Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan jaringan kolaborasi antara perusahaan BUMN dan swasta untuk memperkuat industri pasokan gula nasional. Kerja sama ini dilakukan untuk meningkatkan perluasan lahan tebu di beberapa wilayah, sekaligus menumbuhkan minat masyarakat untuk menanam tebu.
Dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang memiliki pabrik gula terbanyak dan terbesar di Indonesia.
Jawa Timur jadi provinsi produsen gula tebu terbanyak
Laporan studi BPS mengatakan, jumlah produksi tebu terbanyak berasal dari Jawa Timur dengan kemampuan produksi mencapai 1,12 juta ton. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya, yakni 979 ton pada 2020.
Jika merilis data AGI, setidaknya terdapat 30 pabrik gula yang beroperasi di Jawa Timur dengan kapasitas produksi mencapai 143.350 ton cane per day (TCD). Dari jumlah tersebut, Tujuh pabrik berasal dari PG PT Perkebunan Nasional, empat pabrik milik ID FOOD, dan empat pabrik dari swasta.
Salah satu pabrik gula berbasis tebu rakyat terbesar di Jawa Timur Rejoso Manis Indo (RMI) pernah mencatat produksi tebu terbanyak hingga mencapai 63,7 ribu ton pada 2019. Dari produksi tebu tersebut kemudian menghasilkan gula sebanyak 5,1 ribu ton dengan tingkat produktivitas gula 60 ton per hektar.
Lalu selain Jawa Timur, provinsi penghasil tebu terbanyak peringkat dua ditorehkan oleh Lampung dengan jumlah produksi tebu mencapai 802,4 ton. Kemudian, disusul Jawa Tengah (177,3 ton), Sumatra Selatan (107 ton), dan Sulawesi Selatan (67,5 ton).
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya