Kesehatan menjadi kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Setiap orang memiliki hak untuk sehat dan sembuh apabila mengalami gangguan kesehatan, termasuk pemuda Indonesia yang merupakan agen perubahan masa depan.
Terdapat beraneka ragam jenis pengobatan di Indonesia, mulai dari pengobatan tradisional, membeli obat di warung/apotek, berobat kepada profesional (dokter/tenaga medis), hingga rawat jalan.
Mengutip dari Jurnal Politeknik Kesehatan Yogyakarta, rawat jalan merupakan layanan yang diberikan kepada pasien yang berobat tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terpeutik. Layanan ini bisa diselenggarakan oleh puskesmas, klinik, hingga rumah sakit.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 12,91% pemuda Indonesia memilih rawat jalan sebagai alternatif pengobatan saat mengalami gangguan kesehatan.
Survei ini juga mencatat lokasi rawat jalan yang menjadi pilihan para pemuda saat rawat jalan.
Berdasarkan data tersebut, sebesar 34,26% pemuda memilih rawat jalan ke praktik dokter/bidan. Dalam hal ini, rawat jalan dilakukan mulai dari konsultasi, pemeriksaan, hingga pemberian obat.
Selanjutnya, 28,74% pemuda memilih puskesmas/pustu (puskesmas pembantu) sebagai lokasi rawat jalan dan 21,81% ke klinik/dokter bersama.
Tak sedikit pula pemuda Indonesia yang memilih rawat jalan ke rumah sakit pemerintah (7,99%) dan RS swasta (7,81%). Sebesar 1,81% pemuda Indonesia juga memilih untuk berobat ke UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat). UKBM sendiri merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat, baik itu berupa Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), dan Desa Siaga.
Di posisi terakhir, sebanyak 1,29% pemuda Indonesia ternyata masih memilih berobat di pengobatan tradisional. Hal ini cukup menarik, karena pengobatan tradisional memanfaatkan tanaman obat-obatan yang masih alami dan minim efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia.
Pemanfaatan AI dalam Layanan Kesehatan
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi mengatakan bahwa pemanfaatan artificial intelligence (AI) semakin masif di sektor kesehatan. Hal ini semakin mendukung layanan kesehatan yang efektif dan mudah.
"Karena sekarang data sudah digital, kita cek dong, apa AI yang paling pinter baca X-ray, paru-paru basah, kering. Orang Indonesia banyak masalah, semua penyakit ada. Di Jepang, AI gak pinter. Di Indonesia, pinter," ungkapnya, dilansir dari Kumparan, Jumat (24/10).
Dengan adanya penggunaan AI dalam mempelajari data kesehatan, diharapkan layanan kesehatan terus berkembang ke depannya, sehingga mempermudah masyarakat dalam melakukan pengobatan, seperti rawat jalan.
Baca Juga: 77% Publik Puas dengan Pelayanan BPJS Kesehatan
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2024/12/31/b2dbaac4542352cea8794590/statistik-pemuda-indonesia-2024.html
https://kumparan.com/kumparantech/video/1761281102607046269
https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/16246/5/5.%20Chapter%202.pdf
Penulis: Salamah Harahap
Editor: Editor