Prabowo-Gibran Cetak Rekor Perolehan Suara Terbanyak Sepanjang Sejarah Pemilu RI

Faktor-faktor seperti reputasi, pengalaman, popularitas, dan citra kepemimpinan menjadi beberapa pertimbangan utama bagi pemilih dalam memilih calon presiden.

Prabowo-Gibran Cetak Rekor Perolehan Suara Terbanyak Sepanjang Sejarah Pemilu RI Pasangan Prabowo Gibran | Foto: Istimewa

Pemilihan Presiden Republik Indonesia (RI) selalu menjadi sorotan utama dalam dinamika politik negara ini. Di Indonesia, pemilihan presiden dilakukan melalui sistem pemilihan langsung oleh rakyat. Pemilihan presiden dilakukan setiap lima tahun sekali bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif. 

Calon presiden dan wakil presiden yang berhasil mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum akan dinyatakan sebagai pemenang. Dalam sistem ini, calon presiden yang berhasil meraih lebih dari 50% suara dalam pemungutan suara pertama akan langsung terpilih sebagai presiden tanpa perlu putaran kedua.

Namun, jika tidak ada calon yang mencapai ambang batas mayoritas mutlak, maka akan diadakan putaran kedua antara dua calon dengan suara terbanyak untuk menentukan pemenangnya. Dalam putaran kedua, calon yang berhasil meraih suara terbanyak akan menjadi presiden.

Sehingga, dalam sistem pemilihan presiden di Indonesia, yang akan menang adalah calon presiden dan wakil presiden yang berhasil meraih suara terbanyak dalam pemilihan umum, baik pada putaran pertama maupun putaran kedua jika diperlukan.

Hal ini memunculkan dinamika politik yang menarik, di mana kandidat harus mampu membangun koalisi dan meraih dukungan sebanyak mungkin dari berbagai segmen masyarakat untuk memenangkan pemilihan.

Selama beberapa pemilihan sebelumnya, kita telah menyaksikan bahwa presiden yang terpilih mungkin memiliki jumlah suara yang berbeda-beda dari satu periode ke periode berikutnya.

Hal ini menunjukkan bahwa dinamika politik dan preferensi pemilih terus berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti isu-isu politik, kinerja pemerintahan sebelumnya, dan kampanye politik yang dilakukan oleh para kandidat.

Perolehan Suara Terbanyak pada Pilpres RI | GoodStats

1. Prabowo-Gibran (2024)

Pada Pemilihan Presiden Republik Indonesia tahun 2024, pasangan Prabowo-Gibran memperoleh suara terbanyak sebanyak 96,21 juta suara, menjadikannya pasangan dengan perolehan suara terbanyak dalam sejarah pemilihan presiden di Indonesia.

Kemungkinan alasan di balik popularitas mereka bisa berasal dari faktor beragam. Prabowo Subianto, sebagai tokoh yang telah lama dikenal dalam politik Indonesia, memiliki basis penggemar yang kuat di kalangan pendukungnya.

Selain itu, keterlibatan Gibran Rakabuming Raka, anak dari Presiden Joko Widodo yang merupakan tokoh populer di kalangan muda, kemungkinan besar juga turut memberi dampak positif terhadap perolehan suara mereka.

Gabungan antara pengalaman politik yang dimiliki Prabowo dan popularitas Gibran di kalangan kaum muda bisa menjadi faktor penting yang menjadikan pasangan ini pilihan utama bagi sebagian besar pemilih.

2. Jokowi-Ma'ruf (2019)

Sementara itu, pada Pemilihan Presiden tahun 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapatkan dukungan sebanyak 85,61 juta suara. Presiden Joko Widodo (Jokowi), dengan capaian kinerjanya selama masa jabatannya sebelumnya, berhasil mempertahankan basis dukungan yang kuat di kalangan masyarakat.

Selain itu, kehadiran Ma'ruf Amin sebagai cawapres memberi tambahan nilai bagi pasangan ini. Ma'ruf, sebagai ulama besar dan tokoh agama, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih yang mengutamakan kriteria kepemimpinan berbasis agama dan keberagaman.

3. SBY-Boediono (2009)

Pada Pemilihan Presiden tahun 2009, pasangan SBY-Boediono memenangkan suara sebanyak 73,87 juta. SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), yang sebelumnya telah menjabat selama satu periode, berhasil mempertahankan popularitasnya karena berhasil membawa stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik selama masa jabatannya sebelumnya.

Di sisi lain, Boediono sebagai wakil presiden, yang merupakan ekonom terkemuka dan mantan Gubernur Bank Indonesia, memberikan keyakinan tambahan kepada pemilih terkait keahlian dalam mengelola masalah ekonomi negara.

4. Jokowi-JK (2014)

Pemilihan Presiden tahun 2014 menampilkan pasangan Jokowi-JK yang memperoleh 71 juta suara. Jokowi, dengan latar belakangnya sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta yang dianggap berhasil, telah membangun citra sebagai pemimpin yang bersih dan pro-rakyat.

Sementara itu, Jusuf Kalla (JK) sebagai mantan wakil presiden yang memiliki pengalaman dalam pemerintahan, memberikan jaminan akan stabilitas dan pengalaman dalam menghadapi tantangan-tantangan politik dan ekonomi.

5. SBY-JK (2004)

Terakhir, pada putaran kedua Pemilihan Presiden tahun 2004, pasangan SBY-JK berhasil memenangkan 69,27 juta suara. SBY, dengan latar belakangnya sebagai mantan jenderal dan Menteri Pertahanan, berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang kuat dan berpengalaman dalam menangani isu-isu keamanan nasional.

Sementara itu, JK sebagai pengusaha sukses dan tokoh yang memiliki pengalaman politik yang cukup, memberikan jaminan akan kestabilan ekonomi dan kepemimpinan yang pro-bisnis. Kombinasi dari reputasi dan pengalaman keduanya mungkin menjadi alasan utama di balik dukungan yang kuat dari pemilih pada saat itu.

Dalam konteks pemilihan presiden di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2024, dapat diamati bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pilihan pemilih sangatlah beragam. Mulai dari reputasi dan pengalaman politik calon hingga popularitas dan citra yang mereka bangun di mata publik, setiap pasangan calon memiliki keunggulan dan daya tarik tersendiri.

Meskipun demikian, perolehan suara terbanyak tidak selalu menjadi indikasi mutlak keberhasilan kepemimpinan di masa mendatang. Sebab, setiap pemerintahan dihadapkan pada tantangan dan tuntutan yang berbeda-beda, dan kesuksesan sebuah kepemimpinan harus dinilai dari kinerja dan kebijakan yang diimplementasikan selama masa jabatan.

Dengan demikian, proses demokrasi yang berkelanjutan dan partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi kinerja pemimpinnya tetap menjadi kunci untuk memastikan kemajuan dan kesejahteraan bangsa ke depannya.

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Menormalisasi Skincare bagi Kaum Pria

Tidak hanya wanita, skincare dibutuhkan oleh semua kalangan, termasuk laki-laki. Bahkan penggunaan skincare justru lebih dibutuhkan oleh laki-laki.

Makin Banyak Orang Pakai Mobil Listrik Saat Mudik Lebaran, Ini Buktinya!

Berdasarkan laporan PLN, jumlah transaksi mobil listrik di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) naik lima kali lipat saat mudik Lebaran 2024.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X