Masalah Ekonomi jadi Faktor Pemicu Utama Gangguan Kesehatan Mental

Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap 10 Oktober. Gerakan ini dilakukan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat akan kesehatan mental.

Masalah Ekonomi jadi Faktor Pemicu Utama Gangguan Kesehatan Mental llustrasi Konsultasi dengan Psikolog I Chinnapong/Shutterstock

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober merupakan inisiasi dari lembaga kesehatan dunia World Federation of Mental Health (WFMH). Menurut sejarahnya, WMHD pertama kali dibentuk pada tahun 1992 dengan misi meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kesehatan mental dunia.

Inisiasi gerakan ini sangatlah penting bagi revolusi kesehatan dunia. Pasalnya, fakta di masyarakat membuktikan bahwa kesehatan mental cenderung di nomor duakan daripada kesehatan fisik, padahal keduanya memiliki sifat yang sama pentingnya.

Guna memperingati hari Kesehatan Mental Sedunia, Populix merangkum beberapa hasil survei seputar perkembangan isu kesehatan mental di Indonesia.

Laporan yang diterbitkan dalam tajuk "Indonesian's Mental Health State and Access to Medical Assistance" ini merupakan hasil dari survei yang dilakukan terhadap 1.005 responden dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia 18 hingga 54 tahun.

Berdasarkan survei tersebut ditemukan bahwa 52 persen responden menyadari mereka memiliki gejala gangguan kesehatan mental, terutama di kalangan perempuan yang berusia 18-24 tahun.

Adapun, faktor pemicu gangguan kesehatan mental paling didominasi lantaran masalah finansial.

10 faktor pemicu gangguan kesehatan mental di Indonesia 2022 I GoodStats

Masalah dengan latar belakang finansial menjadi pemicu utama gangguan kesehatan mental, yakni mencapai 59 responden. Lalu, faktor kesepian juga disebutkan dalam survei, yakni mencapai 46 persen. Kemudian, terdapat juga faktor tekanan pekerjaan dan trauma masa lalu dengan jumlah persentase masing-masing mencapai 37 persen dan 28 persen.

Beberapa faktor lain yang bisa memicu gangguan kesehatan mental adalah tekanan dari pasangan (17 persen), tinggal di lingkungan yang buruk (13 persen), serta mengalami diskriminasi dan stigma (10 persen), dan korban perundungan atau bullying (8 persen).

Selain 10 faktor pemicu dalam grafik, Populix menyebut terdapat beberapa alasan lain dari responden yang dapat memicu gangguan kesehatan mental, yakni masalah keluarga (2 persen), tekanan di sekolah (1 persen) dan lainnya (4 persen).

Lebih lanjut, untuk mengurangi gejala gangguan kesehatan mental yang dirasakan, 73 persen responden mengatakan akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menjaga kecukupan tidur dan istirahat (55 persen), rekreasi (46 persen), melakukan aktivitas fisik (36 persen), bercerita dengan sahabat (34 persen).

Selain itu, mereka juga akan menjaga hubungan baik dengan orang lain (32 persen), membantu orang lain dengan tulus (27 persen), dan melakukan meditasi (19 persen) demi menjaga kesehatan mental.

Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Bangga Buatan Indonesia: Media Sosial Dorong Anak Muda Pilih Produk Lokal

Sebanyak 69,3% anak muda Indonesia mengaku mengikuti influencer yang sering mempromosikan produk lokal di media sosial.

Benarkah Gen Z Problematik di Dunia Kerja?

Ramai di media sosial mengenai gen Z yang disebut-sebut tidak becus dalam bekerja. Lantas, apakah hal tersebut benar adanya?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook