Bahasa merupakan salah satu elemen penting yang mencerminkan identitas budaya dan kebiasaan sehari-hari masyarakat. Di Indonesia, dengan lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Pilihan bahasa yang digunakan di rumah tidak hanya menunjukkan preferensi komunikasi, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial dan budaya dalam keluarga.
Untuk memahami preferensi pemilihan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, pada tugas Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) GNFI Batch 7 dengan topik Applied Data Analyst & Visualization for Digital Journalism, telah dilakukan survei bertajuk Preferensi Pemilihan Bahasa Ibu (Bahasa di Rumah) dalam Masyarakat Indonesia. Survei ini berlangsung secara online mulai tanggal 28 Oktober hingga 11 November 2024 menggunakan platform Google Form. Responden yang terlibat dalam survei ini berjumlah 236 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dengan rentang usia 18 hingga 58 tahun.
Hasil survei menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia menjadi pilihan utama yang digunakan di rumah, dipilih oleh 106 responden (44,9%). Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai penghubung lintas generasi dan budaya, terutama di tengah masyarakat yang semakin majemuk.
Bahasa campuran, yang melibatkan kombinasi Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah atau bahkan bahasa asing, menempati urutan kedua dengan 66 responden (28%). Pilihan ini mencerminkan pola komunikasi yang adaptif, terutama di keluarga dengan latar belakang budaya berbeda, yang ingin tetap melestarikan warisan budaya tanpa mengabaikan penggunaan Bahasa Indonesia.
Di sisi lain, bahasa daerah digunakan oleh 64 responden (27,1%), menunjukkan upaya untuk mempertahankan identitas budaya di tengah arus globalisasi. Meski jumlahnya lebih kecil dibandingkan Bahasa Indonesia, bahasa daerah sering kali memainkan peran penting dalam menjaga keterikatan emosional dalam keluarga.
Menariknya, survei menunjukkan tidak adanya responden yang memilih bahasa asing sebagai pilihan utama di rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun bahasa asing sering digunakan di lingkungan pendidikan atau kerja, penggunaannya di rumah tetap sangat terbatas, mengutamakan bahasa lokal atau nasional.
Mengapa Bahasa Indonesia Menjadi Pilihan Utama?
Penggunaan bahasa Indonesia di rumah memiliki beberapa alasan utama yang menarik untuk dibahas. Berdasarkan survei, sebagian besar responden menganggap Bahasa Indonesia mempermudah komunikasi dengan anggota keluarga. Ini menunjukkan peran besar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, dipengaruhi oleh pendidikan formal dan budaya nasional.
Sebanyak 59,4% responden merasa lebih nyaman berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Tingkat kenyamanan ini mencerminkan fleksibilitas Bahasa Indonesia, yang mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. Pengaruh lingkungan seperti sekolah, teman, dan media turut memainkan peran penting dalam penggunaan Bahasa Indonesia di rumah
Bahasa Campuran: Pola Komunikasi yang Fleksibel di Rumah
Kombinasi bahasa yang digunakan di rumah menunjukkan dominasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dengan raihan 60,32% responden. Kombinasi ini menjadi pola komunikasi yang paling umum, terutama di daerah dengan mayoritas penduduk Jawa, di mana faktor geografis dan kedekatan budaya tampaknya menjadi alasan utama.
Kombinasi Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris juga muncul dengan persentase 9,52% responden. Kombinasi ini sering ditemukan di lingkungan keluarga yang terbiasa dengan interaksi internasional atau pengaruh pendidikan modern. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penggunaan bahasa asing di rumah tergolong rendah, bahasa Inggris tetap memainkan peran di keluarga tertentu.
Sementara itu, kombinasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda serta Bahasa Indonesia dan Bahasa Hokkien memiliki persentase lebih kecil, menunjukkan penggunaannya yang lebih spesifik pada daerah tertentu. Adapun kategori lainnya yang mencapai 22,22% mencerminkan bagaimana keberagaman pola komunikasi lintas budaya dan bahasa di rumah tangga Indonesia.
Penggunaan bahasa campuran cenderung dipengaruhi oleh situasi komunikasi yang melibatkan anggota keluarga dengan latar belakang bahasa berbeda. Sebanyak 92,4% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan bahasa campuran saat berbicara dengan orang tua atau kerabat.
Selain itu, 45,5% responden menyebutkan bahwa bahasa campuran sering digunakan dalam acara keluarga atau kegiatan khusus. Situasi ini biasanya melibatkan kebutuhan untuk menyesuaikan bahasa dengan kebiasaan anggota keluarga yang berbeda-beda. Penggunaan bahasa campuran saat berbicara dengan anak-anak juga mendorong hal ini, yang kemungkinan dilakukan untuk memberikan kemudahan pemahaman atau mengajarkan bahasa daerah.
Bahasa Daerah: Warisan Budaya yang Masih Hidup
Bahasa Jawa mendominasi penggunaan bahasa daerah di rumah, dengan 64,06% responden memilihnya. Hal ini selaras dengan fakta bahwa suku Jawa merupakan kelompok etnis terbesar di Indonesia, sehingga Bahasa Jawa terus menjadi bagian tak terpisahkan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat.
Selain Bahasa Jawa, Bahasa Sunda menempati urutan kedua dengan 14,06% responden. Penggunaannya yang khas di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya mencerminkan identitas budaya masyarakat setempat yang kuat.
Sementara itu, Bahasa Melayu, Banjar, dan Jambi masing-masing memiliki persentase 3,13%. Berbagai bahasa daerah seperti Hokkien, dan Sasak memiliki porsi lebih kecil, masing-masing sekitar 1,56%. Meskipun jarang digunakan secara luas, keberadaan bahasa-bahasa ini tetap menjadi warisan berharga yang memperkaya keberagaman budaya Indonesia.
Masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai jenis program atau dukungan yang dianggap efektif untuk melestarikan bahasa daerah. Ragam program ini mencerminkan kebutuhan pendekatan yang berbeda untuk menjangkau masyarakat Indonesia yang beragam.
Program pendidikan bahasa daerah di sekolah menjadi pilihan utama dengan persentase sebesar 39,1%. Langkah ini dinilai strategis untuk memastikan generasi muda mengenal dan menggunakan bahasa daerah mereka melalui integrasi dalam kurikulum pendidikan formal.
Konten media seperti film, buku, dan acara TV dalam bahasa daerah dipilih oleh 37,5% responden sebagai cara efektif untuk melestarikan bahasa daerah. Media yang menarik dan relevan dianggap mampu menjangkau masyarakat yang lebih luas, terutama generasi muda, untuk meningkatkan daya tarik bahasa daerah. Dukungan lainnya adalah melalui kelas atau komunitas bahasa daerah, yang dipilih oleh 20,3% responden, sebagai sarana belajar yang interaktif dan mendalam.
Sementara itu, hanya 3,1% responden yang menyebutkan kampanye kesadaran sebagai solusi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih mengutamakan program yang bersifat langsung dan terstruktur untuk melestarikan bahasa daerah.
Penggunaan bahasa di rumah mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan identitas masyarakat Indonesia yang kaya akan keragaman. Hasil survei ini menegaskan bahwa pelestarian bahasa, terutama bahasa daerah, memerlukan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari program pendidikan hingga media kreatif. Dengan langkah yang tepat, bahasa daerah dapat terus hidup berdampingan dengan bahasa nasional, memperkaya identitas budaya bangsa.
Baca Juga: Negara dengan Bahasa Daerah Terbanyak 2024, Ada Indonesia!
Penulis: Susi Laksmita Pratiwi
Editor: Editor