Dalam beberapa tahun terakhir, industri kecantikan telah mengalami perubahan besar ke arah inklusivitas, dengan semakin banyaknya kampanye yang menampilkan keberagaman tubuh dan kulit apa adanya. Kesadaran akan pentingnya otentisitas dan transparansi kian meningkat, terutama di kalangan konsumen yang kini mendukung standar kecantikan yang lebih luas dan realistis. Hal ini menciptakan ruang bagi merek untuk memberikan representasi yang lebih beragam dan memberikan rasa penerimaan bagi semua kalangan.
Mendefinisikan Ulang Standar Kecantikan
Mitel menyatakan bahwa standar kecantikan yang kaku mulai ditinggalkan. Hampir setengah (47%) pengguna produk kecantikan mengatakan bahwa mereka berbelanja dari merek yang mengedepankan keberagaman atau inklusivitas dan 38% konsumen kecantikan Gen Z telah membeli dari merek kecantikan yang mempromosikan keberagaman pada tahun lalu (dibandingkan dengan 23% secara keseluruhan).
Kini, banyak kampanye di industri kecantikan mulai mempromosikan keragaman tubuh dan wajah yang lebih luas, yang mencakup berbagai tipe tubuh, warna kulit, tekstur rambut, dan ciri khas lainnya. Kampanye ini menyambut perbedaan dan menjadi cerminan dari kecantikan yang lebih autentik dan inklusif.
Dukungan untuk Representasi Tubuh dan Tekstur Kulit yang Nyata
Dari penggunaan foto tanpa sentuhan editing hingga model dengan berbagai ukuran, usia, dan latar belakang, gerakan menuju otentisitas telah membawa perubahan nyata dalam definisi kecantikan. Gerakan “body positivity” misalnya, menjadi pendorong utama bagi merek untuk menampilkan tubuh apa adanya dalam kampanye mereka. Mitel juga menyatakan bahwa konsumen masa kini mencari penggambaran kecantikan yang inklusif dan dapat dicapai, karena 43% konsumen kecantikan mengatakan bahwa mereka senang melihat berbagai jenis kecantikan dalam iklan.
Transparansi dalam Klaim Produk Skincare
Perubahan standar kecantikan ini juga mendorong permintaan akan transparansi, terutama dalam produk skincare. Banyak merek skincare yang dulunya mengandalkan klaim tinggi tanpa kejelasan bahan kini didesak untuk lebih terbuka mengenai kandungan dan efektivitas produknya.
Di Indonesia, meningkatnya popularitas influencer medis anonim seperti “Dokter Detektif” di media sosial telah memaparkan isu di balik klaim produk yang dilebih-lebihkan tanpa bukti ilmiah. Fenomena ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya edukasi konsumen, sehingga mereka dapat memilih produk berdasarkan informasi yang akurat. Ketika konsumen memiliki akses terhadap informasi yang jelas, mereka dapat membuat pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai mereka.
Inklusivitas sebagai Strategi Bisnis
Banyak merek kini menyadari dampak dari perubahan menuju inklusivitas ini, dan semakin banyak yang mulai mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam strategi pemasaran mereka. Victoria’s Secret, misalnya, yang dulu terkenal dengan standar kecantikan yang sempit, kini merubah citranya menjadi lebih inklusif. Kampanye “VS Collective” mereka menampilkan model dari berbagai latar belakang, mulai dari atlet hingga aktivis, yang menunjukkan bahwa perubahan ini bukan hanya tren sementara, tetapi menjadi standar baru yang lebih relevan di pasar.
Survei dari Research World menekankan bahwa inklusivitas tidak hanya tentang representasi, tetapi juga menjadi penggerak utama pertumbuhan dan loyalitas konsumen dalam industri kecantikan modern. 40% dari responden menyatakan akan berhenti mengkonsumsi produk dari merek yang tidak mempromosikan inklusi dan keberagaman.
Jalan Menuju Masa Depan
Perubahan standar kecantikan menuju inklusivitas dan transparansi diperkirakan akan terus berlanjut. Seiring berkembangnya ekspektasi konsumen, merek yang gagal beradaptasi berisiko tertinggal. Dari perawatan kulit hingga fesyen, konsumen mengirimkan pesan yang jelas: mereka ingin melihat representasi nyata, bahan yang jujur, dan perubahan yang benar-benar berarti dalam industri ini.
Dengan terus mendukung keragaman kecantikan yang lebih luas dan memprioritaskan transparansi, baik konsumen maupun merek dapat mendorong industri kecantikan menuju masa depan yang lebih memberdayakan, menerima, dan menghargai perbedaan. Ketika perubahan ini terus berlangsung, dunia bergerak lebih dekat menuju visi kecantikan di mana setiap orang merasa diterima apa adanya.
Evolusi industri kecantikan mencerminkan kesadaran yang meningkat akan pentingnya nilai individu dan representasi yang realistis. Bagi konsumen, melihat dirinya terwakili secara autentik dalam media dan produk adalah langkah besar menuju rasa cinta dan penerimaan diri. Saat inklusivitas dan transparansi semakin menonjol dalam industri kecantikan, industri ini semakin bergerak menjauh dari idealisme sempit dan menuju ruang di mana setiap orang dihargai apa adanya.
Baca Juga: Victoria’s Secret Bangkit Kembali? Intip Inklusivitas dan Transformasinya di Tahun 2024!
Penulis: Rowena Sofia Z
Editor: Editor