Belum lama ini, Palestina dan Israel telah melakukan gencatan senjata sementara di Gaza, Palestina, selama empat hari, yang kemudian diperpanjang selama 48 jam dengan imbalan pembebasan sandera.
Dilansir dari Detik News, sejak Jumat (24/11) lalu, Hamas telah membebaskan total 60 sandera Israel dan sebanyak 180 tahanan Palestina telah dibebaskan dari Israel, termasuk sandera-sandera asing yang dibebaskan Hamas dalam kesepakatan terpisah.
Namun, serangan Israel di Gaza justru semakin intensif usai gencatan senjata sementara tersebut dilakukan.
"Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden bahwa Israel akan melanjutkan kampanyenya di Gaza dengan kekuatan penuh setelah gencatan senjata sementara berakhir," lapor Al-Jazeera.
Hingga kini, masyarakat sipil di Palestina yang menjadi korban dari konflik telah mencapai belasan ribu orang. Jumlah unit bangunan hingga fasilitas kesehatan yang hancur terus meningkat.
Tak hanya itu, produksi air di Gaza juga menurun sebesar 96% dalam kurun waktu satu minggu setelah perang. Masyarakat di Gaza bahkan dikabarkan telah kehilangan 97% dari rata-rata air yang layak untuk kebutuhan harian mereka.
Data dari Visualizing Palestine memaparkan bahwa persentase rata-rata konsumsi air untuk keperluan harian di Gaza telah berada di bawah persentase minimum World Health Organization (WHO), bahkan dari sebelum serangan militer Israel terbaru yang telah menghancurkan infrastruktur air di Gaza.
Per November 2023, konsumsi air harian di Gaza semakin menurun dan telah melampaui persentase konsumsi air minimum darurat WHO.
Lebih lanjut, kelangkaan air yang ekstrim di Gaza juga memaksa masyarakat untuk mengonsumsi air dari sumur pertanian yang tercemar dengan salinitas air jauh lebih tinggi dari limit ketentuan WHO, bahkan hampir mencapai salinitas air laut.
Hal ini dinilai dapat menimbulkan risiko kesehatan yang sangat besar, mengingat sebagian besar dari 65 stasiun pemompaan limbah di Gaza tidak lagi beroperasi.
Kelima instalasi pengolahan air limbah di Gaza juga terpaksa ditutup karena tidak adanya akses listrik, yang mengakibatkan sejumlah besar limbah mentah terus menerus dibuang ke laut dan dapat meningkatkan risiko banjir limbah.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya