Sebanyak 6% penduduk Indonesia menjadi pekerja komuter yang melakukan perjalanan pulang-pergi setiap harinya pada 2022. Jumlah pekerja komuter pada 2022 tercatat mengalami kenaikan dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Pada 2020 persentase pekerja komuter sekitar 5,5% dan mulai menunjukkan kenaikan angka para 2021 dengan 5,6% pekerja. Penurunan angka pada dua tahun sebelumnya diduga disebabkan adanya pandemi yang mengharuskan masyarakat mengurangi mobilitas.
Banyaknya jumlah pekerja komuter merupakan salah satu indikator meluasnya jangkauan pasar tenaga kerja lokal. Selain itu, jumlah pekerja komuter yang meningkat pasca Covid-19 juga ditunjang oleh akses transportasi yang cukup memadai. Ambil contoh di kawasan metropolitan, khususnya DKI Jakarta, berbagai moda transportasi penunjang mobilisasi telah tersedia, mulai dari MRT, LRT, KRL Commuter Line, bus TransJakarta, hingga angkot JakLingko.
Oleh karena itu, pelaku pekerja komuter di Indonesia didominasi oleh penduduk kawasan barat, yaitu mencapai 90 persen dari total komuter. Sekitar tiga perempat pelaku komuter berada di Pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tersedianya fasilitas mobilisasi yang memadai cukup memperlihatkan dampak yang cukup berpengaruh. Berdasarkan data BPS dari hasil publikasi Analisis Mobilitas Tenaga Kerja 2023 menunjukkan, persentase penggunaan kendaraan pribadi untuk keperluan bekerja berkurang 2,8%.
Pada 2021, sebanyak 93% pekerja masih menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasi utama untuk bekerja. Persentase tersebut kemudian berkurang pada 2022 menjadi 90,2% pekerja yang menggunakan kendaraan pribadi.
Sebagai gantinya, para pekerja komuter lebih memilih berjalan kaki untuk tempat kerja yang berjarak cukup dekat. Selain hemat biaya, berjalan kaki untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu, terutama tempat kerja memiliki dampak kesehatan yang lebih baik daripada orang yang kebanyakan berjalan kaki untuk bersantai, menurut Science Daily
"Kami menemukan bahwa berjalan untuk tujuan utilitarian secara signifikan meningkatkan kesehatan Anda, dan bahwa jenis perjalanan berjalan kaki itu lebih mudah dilakukan dalam rutinitas harian Anda," kata Gulsah Akar, profesor perencanaan kota dan regional di The Ohio State University Knowlton School of Arsitektur, dikutip dari Suara.com, Minggu (19/11).
Selain berjalan kaki, penggunaan dan pemanfaatan transportasi umum juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Data menunjukkan 8,4% pekerja komuter mengandalkan transportasi umum untuk mobilisasi pada 2022. Penggunaan transporasi umum untuk bekerja tercatat mengalami kenaikan 2,1% pengguna dibandingkan pada 2021 yang hanya mencapai 6,3%.
Di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi terus berupaya mewujudkan transisi transportasi publik yang berkeadilan.
“Pembangunan di bidang transportasi publik dilakukan serius oleh Pemprov DKI Jakarta. Saat ini, ekosistem transportasi publik sudah berjalan dan tetap harus dikembangkan secara gradual, sehat, adil, sehingga sistem tersebut bisa berkelanjutan (sustainable),” ujar Anies Baswedan yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Minggu(29/8/2022), dikutip dari Berita Jakarta.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya