Semenjak ramainya tagar #KaburAjaDulu, banyak pekerja Indonesia yang mulai mencari pekerjaan lintas negara. Hal ini didukung dengan banyaknya konten ajakan untuk bekerja di luar negeri yang dibuat oleh diaspora Indonesia dari seluruh belahan dunia.
Populix merilis survei terbaru bertajuk Daya Tarik Karier Internasional bagi Pencari Kerja Indonesia 2025. Survei ini dilaksanakan secara online pada 5-6 Maret 2025, melibatkan 1.000 responden Warga Negara Indonesia (WNI) yang berminat bekerja di luar negeri. Adapun mayoritas responden berusia 18-35 tahun dan berasal dari kelompok sosial ekonomi menengah ke atas.
Dari 11 negara yang berada di Asia Tenggara, 82% responden memilih Singapura sebagai negara tujuan untuk bekerja. Tahun lalu, Wage Centre mengungkap rata-rata penghasilan pekerja di Singapura mencapai US$3.855 atau setara Rp64 juta per bulan. Totalnya tujuh kali lipat dibandingkan Indonesia yang hanya sekitar Rp8-9 juta per bulannya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pekerja tanah air mencari profesi lintas negara adalah untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.
Standar penghasilan memang menjadi motivasi bagi 82% responden yang memilih bekerja di luar negeri. Setengah dari total responden juga melihat bahwa bekerja di luar negeri dapat membantu mengembangkan karier lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan menambah pengalaman baru.
Selain The Lion City, 32% responden juga melirik negeri Jiran, Malaysia untuk memulai kariernya di luar negeri. Dilanjut dengan Brunei Darussalam (28%), Thailand (16%), Vietnam (9%), dan negara Asia Tenggara lainnya (17%).
Sebanyak 48% responden berminat menjadi pekerja di bidang administrasi dan perkantoran. 31% responden juga menyatakan ketertarikannya untuk bekerja di dunia marketing. Tentu, profesi yang berkaitan dengan Teknologi Informasi (IT) turut menjadi sasaran 29% responden dalam mencari karier di luar negeri. Selanjutnya ada bidang pariwisata dan kuliner (25%), konstruksi dan manufaktur (23%), keuangan dan akuntansi (16%), serta bidang lainnya (22%).
Terlepas dari bidang pekerjaan yang diminati, sebagian besar responden telah memiliki keahlian bahasa asing sebagai penunjang kariernya nanti di luar negeri. Sekitar 56% responden juga mempelajari aplikasi yang secara umum digunakan oleh kantor di luar negeri seperti Word, Excel, dan PowerPoint.
Keterampilan lain yang dimiliki oleh responden berkaitan dengan dunia marketing seperti layanan pelanggan (customer service), penjualan dan pemasaran, serta penggunaan media sosial tertentu. Sebanyak 23% responden juga memiliki kemampuan memasak atau kuliner. 17% responden lainnya turut memiliki skill khusus pengoperasian alat berat. Keterampilan ini sesuai dengan lima profesi yang paling diminati responden bekerja lintas negara.
Tentu, muncul kekhawatiran responden ketika harus bekerja di luar negeri. Setengah responden merasa perbedaan budaya, biaya hidup tinggi, dan bahasa menjadi hal yang paling ditakuti ketika meniti profesi antarbangsa. Selain itu, mereka juga meragukan legalitas menjadi diaspora di negara tujuannya nanti.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Prabowo Subianto membentuk Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Kementerian P2MI) yang dipimpin oleh Abdul Kadir Karding. Kementerian ini berfungsi untuk melayani para pekerja migran dari tahap persiapan, pemberangkatan, hingga perlindungan mereka di luar negeri.
“Presiden memberikan dua mandat utama kepada kami. Pertama, memastikan PMI terlindungi dari eksploitasi, perlakuan tidak adil, hingga tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Kedua, meningkatkan devisa negara yang dihasilkan dari pekerja migran,” ujar Abdul Kadir Karding dalam laman resmi Unisma pada Sabtu, (13/1/2025).
Baca Juga: Negara dengan Lowongan Kerja Tertinggi, Cocok untuk #KaburAjaDulu
Penulis: Muhammad Wildan Baihaqi
Editor: Editor