Pasar aset kripto di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sejauh ini, tercatat ada 30 CPFAK yang telah terdaftar di Bappebti sebagai broker exchange dan 501 jenis aset kripto yang dapat diperdagangkan secara legal di Indonesia.
Di Indonesia, perdagangan aset kripto diatur oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia menerbitkan regulasi yang secara resmi mengakui aset kripto sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan di bawah pengawasan Bappebti.
Terbaru, pada Jumat (28/7/2023) lalu pemerintah meresmikan bursa kripto Indonesia lewat Keputusan Kepala Bappebti no. 01/BAPPEBTI/SP-BBAK/07/2023. Per September, tercatat telah ada 27 Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) yang telah terdaftar sebagai anggota bursa kripto Indonesia, melansir Bisnis.com (20/9/2023).
Peresmian bursa kripto ini, salah satunya bertujuan untuk mengakomodasi laju perkembangan industri perdagangan kripto di Indonesia yang belakangan bertumbuh pesat.
Di tahun lalu, total nilai transaksi aset kripto di Indonesia mencapai Rp306,4 triliun. Nilai transaksi tertinggi dicatatkan pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp859 triliun. Di tahun ini sendiri, nilai transaksi aset kripto hingga September tercatat di angka Rp94,4 triliun.
Merujuk riset CoinGecko, terdapat 3 exchanger yang menguasai volume transaksi kripto di Indonesia sepanjang paruh pertama 2023, yakni Tokocrypto (PT. ASET DIGITAL BERKAT), Indodax (PT. INDODAX NASIONAL INDONESIA), dan Upbit (PT. UPBIT EXCHANGE INDONESIA).
Berdasarkan trennya pada Januari-Mei 2023, Tokocrypto secara dominan hampir selalu mencatatkan volume transaksi yang paling tinggi. Volume transaksi tertinggi di Tokocrypto terjadi pada bulan Februari, yang tercatat sebesar US$325,06 juta atau sekitar Rp5,03 triliun.
Namun, nilai transaksi ini tercatat mengalami penurunan di bulan-bulan selanjutnya. Nilai transaksi terendah terjadi di bulan Mei, di angka US$169,65 juta atau sekitar Rp2,63 triliun. Total, nilai transaksi di Tokocrypto sepanjang Januari-Mei 2023 tembus US$1,32 miliar atau sekitar Rp20,49 triliun.
Capaian ini, diungkapkan CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, dapat diraih berkat dedikasi dan upaya berkelanjutan dalam memberikan pengalaman perdagangan kripto terbaik bagi para pengguna di Tanah Air.
"Fokus utama Tokocrypto saat ini adalah untuk membangun strategi bisnis yang kuat dan tetap menjadi nomor satu dalam hal volume perdagangan di pasar lokal. Tokocrypto telah mengarahkan kembali bisnis yang mendasar, dan ini terlihat dari angka profit dalam beberapa bulan di paruh pertama tahun ini,” ujarnya dalam acara Media Gathering, dikutip Liputan6, Rabu (9/8/2023) lalu.
Indodax berada di urutan kedua exchanger kripto dengan nilai transaksi tertinggi. Mengawali tahun 2023 dengan nilai transaksi sebesar US$240,05 juta atau sekitar Rp3,72 triliun pada Januari, nilai transaksi Indodax meningkat di bulan berikutnya mencapai US$289,54 juta atau sekitar Rp4,48 triliun.
Sama halnya seperti Tokocrypto, volume transaksi di Indodax juga tercatat menurun pada Maret-Mei. Di bulan Mei, volume transaksi di Indodax tercatat sebesar US$167,76 atau sekitar Rp2,60 triliun. Total volume transaksi sebesar US$1,18 miliar atau sekitar Rp18,26 triliun dicatatkan Indodax pada periode ini.
Selanjutnya, exchanger kripto dengan nilai transaksi terbesar ketiga dipegang oleh Upbit. Tren volume transaksi aset kripto di Upbit sempat mencapai puncaknya pada bulan Maret, di angka US$394,71 juta atau sekitar Rp6,11 triliun, melampaui nilai transaksi di broker exchange lainnya.
Tren volume ini kemudian juga mengalami penurunan di bulan-bulan berikutnya hingga berada di bawah US$100 juta, menyentuh US$79,58 juta atau sekitar Rp1,23 triliun pada Mei. Secara total, volume transaksi aset kripto di Upbit sepanjang periode ini sebesar US$1,11 miliar atau sekitar Rp17,2 triliun.
Meski transaksi kripto tahun ini tampak melesu dibanding tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan jumlah investor kripto di Indonesia masih terus berlanjut. Per Oktober 2023, jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 18,06 juta orang, tumbuh 0,84% m-o-m, dan 10,1% y-o-y.
Menurut Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta K. Senjaya, hal ini menunjukkan pasar yang dinamis dan responsif serta menegaskan daya tarik berkelanjutan terhadap aset kripto di kalangan masyarakat Indonesia.
“Hal ini dipicu oleh kenaikan harga aset kripto utama seperti Bitcoin dan kenaikan harga kripto menarik bagi investor yang mencari keuntungan dalam jangka pendek," ujarnya dalam keterangan resmi, melansir dari Kontan, Rabu (29/11).
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya