Rasanya, nyaris tidak ada orang yang belum pernah makan mi instan. Tua, muda, dari kalangan sosial mana pun, sulit menemukan orang yang tidak suka dengan makanan instan satu ini. Hidangan satu ini seolah sudah menjadi santapan khas masyarakat Indonesia. Apalagi, berjejer banyak merek mi instan terkemuka di tanah air, yang bahkan sampai merambah panggung internasional.
Menghimpun data World Instant Noodles Association, Indonesia merupakan negara dengan konsumsi mi instan terbanyak kedua di dunia pada tahun 2023, total konsumsinya mencapai 14,54 miliar porsi. Adapun jumlah konsumsi tersebut meningkat drastis setelah pandemi Covid-19, yang total konsumsinya sebesar 12,52 miliar porsi. Indonesia hanya kalah dari China dengan total 42,21 miliar porsi.
Kecintaan masyarakat terhadap mi instan juga dibuktikan melalui frekuensi konsumsinya per minggu. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa mayoritas orang Indonesia mengonsumsi mi instan (atau makanan instan lainnya) sekitar 1-6 kali per minggu.
Menurut survei tersebut, 60,7% penduduk Indonesia di atas usia 3 tahun biasanya makan makanan instan sekitar 1-6 kali per minggu. Makanan instan ini termasuk mi instan, bubur instan, dan lain-lain.
Sebanyak 33,4% responden mengaku mengonsumsi makanan instan kurang dari 3 kali per bulan, dan sisanya (5,9%) mengonsumsinya lebih dari 1 kali per hari. Tingginya frekuensi tersebut menunjukkan bahwa makanan instan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, apalagi di tengah sibuknya aktivitas sehari-hari. Waktu untuk makan saja nyaris nihil.
Indomie Masih Jadi Favorit
Adapun merek mi instan favorit Indonesia masih dipegang oleh Indomie. Menurut Top Brand Index, Indomie meraih nilai 71,2%.
Mie Sedaap berada di urutan kedua, menorehkan nilai 13,9%. Meski begitu, terdapat jarak cukup jauh antara kedua merek favorit tersebut, menunjukkan dominasi Indomie di tanah air.
Bertengger di urutan ketiga adalah Gaga 100 dengan perolehan 4,2%, disusul ABC dengan 2,9%, Sarimi dengan 2,4%, dan Supermi dengan 1,9%.
Untuk mi instan dengan kemasan cup, Mie Sedaap Cup menduduki posisi pertama dengan perolehan 59,6%, disusul Pop Mie dengan 22,4%, ABC dengan 9,6%, dan Gaga 100 dengan 7,2%.
Meski begitu, tingkat konsumsi mi instan tetap harus dibatasi. Kandungan garam yang tinggi dalam setiap bungkus mi instan, ditambah proses pembuatannya yang terdiri atas pengawetan, pendinginan, pemanasan, hingga pengeringan membuatnya mengandung banyak zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Konsumsi yang berlebihan dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, bahkan hingga penyakit jantung. Konsumen diharapkan bijak selama mengonsumsi makanan instan.
Baca Juga: Daftar Merek Mi Instan yang Paling Banyak Dikonsumsi Masyarakat Sepanjang 2022
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor