Menyingkap Isi Kepala Orang Indonesia Atas Sulitnya Realisasi Praktik Ramah Lingkungan

Praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan kecil-kecilan semakin gencar dilakukan masyarakat. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang perlu diedukasi.

Menyingkap Isi Kepala Orang Indonesia Atas Sulitnya Realisasi Praktik Ramah Lingkungan Ilustrasi Alat Makan Plastik | Unsplash/VolodymyrHryshchenko

Dewasa ini, isu perihal rusaknya lingkungan semakin terasa menjadi nyata. Setiap negara di seluruh dunia kini memiliki kebijakannya masing-masing guna memelihara bumi yang umurnya telah panjang ini. Salah satu konsep yang diterapkan dalam kebijakan lingkungan setiap negara adalah konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang kini semakin diterapkan di berbagai sektor, mulai dari perkebunan, transportasi hingga pakaian. 

Pada dasarnya konsep berkelanjutan tersebut sangatlah sederhana. Mulai dari menghemat dan menjaga barang-barang yang dimiliki dan tidak melakukan massive buying kepada benda-benda yang dimiliki.

Konsep berkelanjutan tersebut kini mulai diterapkan oleh banyak orang di seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.

Rakuten Insight berhasil mencatat hal tersebut dalam hasil surveinya yang dirilis pada Februari 2022 lalu. Dalam laporan yang memiliki 10.886 responden tersebut, tercatat sebanyak 68 persen orang Indonesia yang mengaku sudah melakukan praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan pada proses mereka berbelanja.

Jika dikalkulasikan dengan bilangan yang lebih gamblang, artinya ada 7.402 orang yang sudah menerapkan konsep berkelanjutan dalam proses mereka berbelanja.

Sementara itu, tercatat ada 11 persen dari responden atau sekitar 1197 orang yang mengaku tidak menerapkan konsep berkelanjutan pada proses mereka berbelanja. Lalu sisanya sebanyak 21 persen atau 2286 menjawab tidak yakin. Angka sebenarnya masih belum cukup untuk menciptakan konklusi bahwa penduduk Indonesia sudah peka dengan konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Rakuten Insight juga berhasil mencatat alasan para responden perihal Mengapa konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan sulit untuk diterapkan di Indonesia? Jawaban yang paling mendominasi dengan total persentase 38 persen adalah karena kesulitan mendapatkan produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di daerahnya.

Selain itu, alasan tidak memiliki informasi yang cukup untuk menerapkan konsep berkelanjutan juga menjadi alasan dari 37 persen responden. 

Selain alasan mahal, ternyata masih cukup banyak orang Indonesia yang menganggap menerapkan praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah hal yang merepotkan, menyita waktu dan rumit. Bahkan 15 persen dari total responden skeptis atau tidak percaya bahwa praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan bisa melahirkan perubahan.

Tentu kritik yang baik adalah kritik yang disertai dengan saran. Rakuten Insight melalui survei daringnya juga meminta responden menyusun langkah-langkah yang harus diterapkan agar bisa mendorong praktik konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan.

39 persen responden menganggap membuat produk ramah lingkungan menjadi lebih murah adalah langkah yang harus diterapkan. Sementara itu, 29 persen responden menganggap sosialisasi daur ulang sangat diperlukan. Serta, 13 persen responden menganggap perlu diberlakukannya pajak atas kemasan plastik.

Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

6 PLTU Terbesar di Indonesia: Letak dan Kapasitasnya

Indonesia mengandalkan PLTU untuk sebagian besar kebutuhan listriknya. Temukan 6 PLTU terbesar di Indonesia, lengkap dengan lokasi dan kapasitasnya!

Capai 475 Korban, Ini Kabupaten/Kota dengan Kematian Akibat DBD Tertinggi 2024

Jumlah korban kematian akibat DBD melonjak tinggi pada 2024, Kabupaten Bandung tertinggi per minggu ke-15.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X