Mengamati Fesyen dari Kacamata Ramah Lingkungan

Industri Fesyen tercatat menyumbang banyak emisi karbon. Hal tersebut bisa terjadi lantaran, masih tak banyak industri yang menggunakan bahan ramah lingkungan.

Mengamati Fesyen dari Kacamata Ramah Lingkungan Ilustrasi Perusahaan Pakaian | Unsplash/flenguyen

Seiring berkembangnya zaman dan peradaban, fesyen semakin digemari serta semakin penuh dengan inovasi dan diferensiasi. Apalagi, kini semua orang semakin merdeka untuk memakai berbagai jenis pakaian dan bebas menggunakan apa saja yang mereka inginkan. 

Sayangnya, dari sudut pandang ramah lingkungan, industri fesyen dunia masih belum cukup peka akan sustainable fashion yang atau fesyen yang berkelanjutan. Berkelanjutan disini diartikan sebagai hal yang ramah lingkungan dan tentu rendah emisi. 

Menurut data dari Statista, industri fashion menyumbangkan cukup banyak emisi setiap tahunnya. Di tahun 2019, sebanyak 1025 megaton emisi karbon dihasilkan dari industri fesyen. Angka ini terus naik di tahun-tahun selanjutnya, yakni menjadi 1067 dan 1110 megaton di tahun 2020 dan 2021. Kenaikan tersebut berlanjut di tahun ini yang mencatatkan sebanyak 1155 megaton emisi karbon dihasilkan dari industri fesyen.

Setelah dikaji lebih dalam, setidaknya ada tujuh perusahaan fesyen yang dianggap menghasilkan emisi karbon tertinggi di tahun 2022.

Inditex Group yang merupakan perusahaan induk dari Zara hingga Pull&Bear menjadi perusahaan penghasil emisi karbon tertinggi di tahun 2022 dengan emisi karbon yang dihasilkan sebanyak 120.992 ton.

Di bawahnya, ada perusahaan Next dan H&M yang masing-masing menghasilkan sebanyak 80.570 dan 72.580 ton emisi karbon di tahun ini.

Sementara itu, industri fesyen hari ini bisa dikatakan jauh dari ramah lingkungan lantaran 54 persen tekstil yang diproduksi dan terdistribusi didominasi oleh poliester yang bukan merupakan bahan yang ramah lingkungan.

Poliester dinilai tidak ramah lingkungan lantaran pada umumnya terbuat dari minyak bumi serta cukup sulit terurai. Untuk itu jenis poliester yang dinilai ramah lingkungan adalah recycled polyester yang terbuat dari hasil daur ulang botol plastik.

Setelah poliester, 22 persen dari tekstil yang telah diproduksi dan terdistribusi di seluruh dunia adalah kapas. Kapas dinilai sebagai bahan tekstil yang ramah lingkungan. Namun, ternyata ada jenis kapas yang anorganik yang terbentuk akibat penggunaan pestisida dan dinilai tidak ramah lingkungan.

Beruntungnya, pangsa pasar dari fesyen yang berkelanjutan dan ramah lingkungan tercatat terus naik dan diprediksikan akan terus naik hingga tahun 2026. Hingga tahun 2022, tercatat pangsa pasar fesyen berkelanjutan berada di angka 4,3 persen dan diproyeksikan mencapai 6,1 persen pada 2026.

Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Negara dengan Ketimpangan Gaji Terbesar Antar Gender, Banyak dari Negara Maju?

Daftar didominasi oleh negara-negara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Negara maju tidak menjamin adanya kesetaraan gender di bidang ketenagakerjaan.

Roti Canai Kalahkan Pempek, Inilah Hidangan Terbaik di Asia Tenggara!

Hidangan Asia Tenggara dimasak bersama rempah pilihan sehingga mempunyai cita rasa yang autentik.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X