Dalam proses riset atau penelitian, para mahasiswa sering kali membutuhkan responden untuk menjawab sejumlah pertanyaan survei yang telah disiapkan. Jumlah dan kriteria responden yang diperlukan antarmahasiswa berbeda, tergantung pada model dan tujuan penelitian.
Dalam praktiknya, tak jarang mahasiswa mengalami kesulitan dalam memenuhi jumlah minimal responden. Demi memenuhinya, para mahasiswa melakukan berbagai upaya agar kuota responden terpenuhi dan penelitian bisa terus berlanjut.
Lantas apa saja upaya yang dilakukan? Pada tanggal 7-8 Januari 2025, Jakpat melakukan survei terhadap 316 mahasiswa Indonesia yang pernah atau sedang melakukan survei penelitian. Berikut hasilnya.
Komunikasi Digital Jadi Kunci
Hasil survei menunjukkan bahwa penyebaran survei penelitian paling banyak dilakukan publik mahasiswa melalui aplikasi komunikasi sebanyak 73%. Aplikasi yang banyak dimanfaatkan di antaranya adalah Line, WhatsApp, dan juga Telegram. Hal ini menandakan bahwa publik mahasiswa sangat akrab dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Aplikasi komunikasi yang awalnya hanya digunakan sebagai sarana bertukar pesan dan kabar, kini berubah menjadi salah satu instrumen penting bagi mahasiswa dalam proses penyelesaian studi. Fenomena ini juga menjadi bukti bahwa media komunikasi digital mempunyai fungsi yang dapat terus berkembang mengikuti kebutuhan penggunanya.
Cara selanjutnya yang juga banyak dilakukan adalah dengan meminta bantuan keluarga atau teman dekat untuk mengerjakan dan ikut menyebarkan survei, seperti yang dilakukan 59% responden. Cara ini cukup sering ditemui dan survei berpotensi untuk menyebar lebih luas dalam waktu yang relatif singkat, memiliki efek layaknya rantai yang akan terus bersambung pada responden lainnya.
Lalu pada urutan ketiga, publik mahasiswa tercatat juga aktif memanfaatkan media sosial dalam penyebaran survei dengan capaian 48%. Meski penggunaannya hampir mirip dengan aplikasi komunikasi, media sosial mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar. Media sosial tidak hanya memfasilitasi komunikasi digital, namun juga membantu mahasiswa dalam menjangkau audiens dan jaringan pengguna yang lebih luas tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga. Survei bahkan bisa sampai ke pengguna lain tanpa nomor kontak sekalipun.
Lebih lanjut, di era perkembangan teknologi komunikasi saat ini, nyatanya masih cukup banyak publik yang berusaha mendapatkan responden di tempat-tempat umum dengan perolehan 35%. Metode ini biasanya dilakukan untuk beberapa alasan yakni karena kriteria responden yang tidak dapat dijangkau secara daring atau memang peneliti membutuhkan jawaban survei yang lebih mendalam dan kompleks.
Selain keempat cara di atas, cara lain yang juga dilakukan adalah penggunaan platform survei (30%), bergabung ke komunitas atau forum (25%), kemudian diikuti upaya kerja sama dengan institusi sebesar 22%. Temuan ini pada akhirnya mengindikasikan betapa beragamnya cara yang digunakan mahasiswa dalam memperoleh responden, baik strategi secara daring maupun luring.
Baca Juga: 95% Mahasiswa RI Gunakan AI dalam Proses Pembelajaran
Sumber:
https://insight.jakpat.net/mengungkap-pengalaman-mahasiswa-dalam-tugas-survei-tantangan-metode-dan-solusi/
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor