Ketersediaan dan harga komoditas selalu menjadi perhatian utama dalam kehidupan sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, masyarakat kerap dihadapkan pada dinamika harga yang fluktuatif, bahkan untuk kebutuhan paling dasar.
Tidak jarang, barang-barang yang sangat dibutuhkan menjadi sulit ditemukan di pasaran, memicu kekhawatiran dan keresahan di tengah masyarakat.
Fenomena naik-turunnya harga komoditas ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari perubahan iklim, ketidakstabilan geopolitik, hingga gangguan dalam rantai pasok global.
Kondisi tersebut memperlihatkan betapa rentannya ketergantungan manusia terhadap ketersediaan sumber daya penting. Akibatnya, harga bisa melonjak drastis dalam waktu singkat, sementara pasokan justru semakin menipis.
Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 17–20 Maret 2025 menunjukkan bahwa gas menjadi komoditas yang paling sering langka atau sangat mahal di pasaran, dengan persentase mencapai 27,3%.
Angka ini jauh mengungguli komoditas lainnya, memperlihatkan betapa vitalnya peran gas dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun sektor usaha kecil.
Di posisi berikutnya, beras dan cabai juga menjadi perhatian utama masyarakat. Beras, sebagai makanan pokok, tercatat mengalami kelangkaan atau kenaikan harga sebesar 20,2%, sementara cabai sebesar 15,8%.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa masalah pasokan dan harga tidak hanya terjadi pada sumber energi, tetapi juga pada bahan pangan yang esensial bagi konsumsi harian masyarakat.
Minyak goreng menyusul dengan persentase 12,8%, menunjukkan bahwa kebutuhan pokok lain pun tidak lepas dari risiko fluktuasi harga dan kelangkaan. Sementara itu, komoditas seperti telur, daging, gula, dan ikan memiliki angka yang relatif lebih kecil, masing-masing berkisar antara 1,5% hingga 3%.
Meski begitu, fluktuasi kecil pada komoditas ini tetap berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat, terutama di kelompok ekonomi menengah ke bawah.
Menariknya, terdapat 8,8% responden yang menyatakan tidak mengalami kelangkaan atau kenaikan harga pada komoditas apapun. Ini menunjukkan bahwa dampak kelangkaan atau lonjakan harga bisa bersifat tidak merata, tergantung pada wilayah, akses, dan kemampuan masing-masing individu.
Dalam survei ini, sebanyak 535 responden yang mewakili 38 provinsi dipilih secara acak, dengan mempertimbangkan proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara telepon antara tanggal 17 hingga 20 Maret 2025. Survei ini memiliki margin of error sekitar 4,25% dan tingkat kepercayaan 95%, menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana.
Daftar Harga Komoditas Eceran di Indonesia
Salah satu komoditas yang penting dalam kehidupan sehari-hari adalah LPG, dengan harga tabung 12 kg yang mencapai Rp192.000, sedangkan tabung LPG ukuran lebih kecil, seperti 5,5 kg, dipatok pada harga Rp110.000. Selain itu, harga LPG 3 kg yang lebih kecil ditawarkan dengan harga Rp19.000, yang menunjukkan variasi harga berdasarkan ukuran.
Komoditas bahan makanan seperti daging juga menunjukkan perbedaan harga yang mencolok. Daging kerbau segar lokal dijual dengan harga Rp141.304 per kg, sementara daging sapi murni sedikit lebih murah, yaitu Rp135.898.
Bagi konsumen yang memilih daging beku, daging kerbau impor lebih terjangkau, dengan harga Rp105.152 per kg. Sementara itu, daging ayam ras dijual dengan harga Rp33.755 per kg, sementara telur ayam ras berada pada harga Rp29.048 per kg.
Cabai, sebagai bahan pangan yang banyak digunakan dalam masakan Indonesia, memiliki harga yang beragam. Cabai rawit merah menjadi salah satu yang paling mahal, yaitu Rp65.283 per kg, diikuti dengan cabai merah keriting seharga Rp55.866 per kg dan cabai merah besar yang sedikit lebih murah, yaitu Rp48.820 per kg.
Harga bawang putih bonggol dan bawang merah juga turut mempengaruhi anggaran belanja dapur, masing-masing dihargai Rp43.858 per kg dan Rp42.085 per kg.
Selain bahan-bahan pangan utama, harga ikan juga berperan penting dalam pengeluaran rumah tangga. Ikan kembung dijual dengan harga Rp40.888 per kg, sedangkan ikan bandeng dan ikan tongkol masing-masing dihargai Rp33.946 per kg dan Rp33.765 per kg.
Minyak goreng, baik dalam kemasan maupun curah, juga memiliki perbedaan harga. Minyak goreng kemasan dibanderol dengan harga Rp20.684, sementara minyak goreng curah lebih terjangkau, yaitu Rp17.813 per liter.
Di sisi lain, gula konsumsi yang biasa digunakan dalam berbagai produk rumah tangga dihargai Rp18.490 per kg, yang mencerminkan fluktuasi harga bahan pokok di pasar Indonesia.
Baca Juga: 10 Komoditas Nonmigas dengan Nilai Impor Tertinggi 2024
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor