Pendidikan menjadi kunci utama perubahan suatu bangsa. Dalam rapor pemerintahan Prabowo-Gibran, pemerataan pendidikan masih menjadi salah satu isu utama yang perlu diselesaikan. Survei CELIOS memaparkan bahwa sebanyak 8,8% masyarakat yang menganggap pemerataan akses pendidikan masih menjadi PR utama, terutama di daerah-daerah terbelakang.
Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2024 terdapat 18,131 desa saja di Indonesia yang memiliki sekolah menengah atas (SMA/sederajat). Artinya, masih banyak desa yang belum memiliki fasilitas SMA jika diukur dari angka tersebut. Lalu, berapa banyak masyarakat yang mengenyam pendidikan SMA ke atas di Indonesia?
Wilayah dengan Tingkat Pendidikan Tertinggi
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan adanya kesenjangan signifikan dalam tingkat pendidikan formal di Indonesia, terutama pada penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah menamatkan pendidikan minimal setingkat SMA. DKI Jakarta kembali menegaskan posisinya sebagai provinsi dengan tingkat pendidikan tertinggi. Lebih dari tiga perempat penduduk laki-laki usia 25 tahun ke atas, tepatnya 74,23%, telah menamatkan SMA atau lebih tinggi. Angka untuk perempuan, meskipun sedikit di bawah, juga sangat tinggi di 64,32%.
Di luar Jawa, kawasan timur Indonesia menunjukkan performa yang mengejutkan. Provinsi Papua mencatatkan angka tinggi, dengan 64,17% untuk laki-laki dan 55,75% untuk perempuan. Capaian ini juga diikuti oleh provinsi-provinsi kepulauan dan pemekaran baru di sekitarnya seperti Kepulauan Riau (Laki-laki: 61,60% dan Perempuan: 58,65%), Papua Barat Daya (Laki-laki: 60,86% dan Perempuan: 54,65%), Bali, dan D.I Yogyakarta juga mencatatkan angka di atas 50%, mencerminkan tingginya fokus pada pendidikan di wilayah pariwisata dan budaya ini.
Tingginya angka persentase tamatan SMA ke atas di beberapa provinsi, khususnya Papua dan Papua Barat Daya, menandakan komitmen kuat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam bidang pendidikan. Capaian di Papua dan Kepulauan Riau, misalnya, adalah hasil dari kebijakan afirmatif, alokasi Dana Otonomi Khusus (Otsus), serta investasi masif di sektor pendidikan dan pembangunan infrastruktur dasar.
Peningkatan persentase tamatan SMA di luar Jawa ini menunjukkan keberhasilan transfer anggaran dan program beasiswa yang digulirkan pemerintah pusat dalam kerangka desentralisasi pendidikan. Ini adalah bukti bahwa kebijakan pemerataan, meskipun perlahan, telah mulai membuahkan hasil dalam mengurangi disparitas pendidikan antarwilayah.
Meskipun demikian, pekerjaan rumah masih menanti. Kesenjangan ini menuntut pemerintah untuk tidak hanya mempertahankan tetapi juga memperkuat program beasiswa dan bantuan operasional pendidikan (BOP) di daerah dengan angka terendah agar komitmen mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dirasakan merata di seluruh pelosok negeri.
Wilayah dengan Tantangan Pendidikan
Tantangan terbesar dalam peningkatan akses dan penyelesaian pendidikan SMA ke atas terlihat jelas di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan.
Papua Pegunungan berada di urutan paling bawah, di mana hanya 24,45% laki-laki dan sangat rendah, 15,48% perempuan, yang berhasil menamatkan pendidikan SMA ke atas. Jika dibandingkan, angka ini bahkan hanya seperempat dari capaian DKI Jakarta.
Selain itu, beberapa provinsi di Nusa Tenggara dan Sumatera juga berada di jajaran bawah seperti Nusa Tenggara Timur (Laki-laki: 32,31% dan Perempuan: 29,75%), Gorontalo (Laki-laki: 31,41% dan Perempuan: 36,10%), dan Papua Tengah (Laki-laki: 33,14% dan Perempuan: 26,50%). Kesenjangan ini mencerminkan perlunya intervensi kebijakan yang lebih terarah untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan di daerah-daerah tersebut, terutama bagi penduduk perempuan yang sering kali menghadapi tantangan sosial dan infrastruktur ganda.
Provinsi dengan Keseimbangan Gender dan Kesenjangan Pendidikan
Meskipun partisipasi pendidikan SMA ke atas perempuan terus meningkat, persentase laki-laki dengan pendidikan minimal SMA umumnya masih lebih tinggi. Berdasarkan data BPS 2024, angka perbandingan kumulatif laki-laki dan perempuan yang memiliki pendidikan SMA ke atas dari setiap provinsi di Indonesia adalah 43,78 berbanding 37,64. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang masif antara laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan, menjadi isyarat adanya stigma gender yang kental dan masih dipercayai banyak orang di Indonesia.
Secara umum, persentase penduduk laki-laki yang tamat SMA ke atas masih lebih tinggi daripada perempuan. Namun, ada dua provinsi yang menunjukkan fenomena unik, di mana perempuan memiliki persentase pendidikan yang lebih tinggi atau hampir setara dengan laki-laki yakni Sulawesi Utara, yang menjadi satu-satunya provinsi di mana persentase perempuan (50,82%) sedikit melampaui laki-laki (48,18%), disusul oleh Sumatera Barat yang menunjukkan angka yang sangat seimbang (Laki-laki: 47,61% dan Perempuan: 49,83%). Dan Maluku juga mencatatkan angka yang berdekatan (Laki-laki: 52,41% dan Perempuan: 50,58%).
Di sisi lain, beberapa provinsi padat penduduk di Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten, menunjukkan persentase yang masih relatif rendah dan perlu mendapat perhatian, mengingat statusnya sebagai kawasan industri dan pusat populasi.
Pendidikan SMA ke Atas: Kunci Utama Kualitas SDM dan Indonesia Maju
Data BPS tahun 2024 menunjukkan gambaran yang bercampur mengenai pendidikan di Indonesia. Di satu sisi, kenaikan jumlah lulusan SMA ke atas di wilayah seperti Papua menunjukkan hasil positif dari program pemerintah untuk pemerataan. Namun, kesenjangan pendidikan secara umum masih sangat besar, terlihat dari perbedaan angka antara DKI Jakarta (tertinggi) dan Papua Pegunungan (terendah).
Padahal, pendidikan minimal SMA ke atas adalah dasar yang sangat penting untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap bersaing dan memiliki peluang kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, agar cita-cita pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Indonesia Maju tercapai secara adil, pemerintah harus memperkuat investasi di akses SMA, termasuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa yang belum terjangkau. Hanya dengan meningkatkan lulusan SMA, potensi seluruh warga negara, terutama di daerah tertinggal, dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Baca juga: Pendidikan di Indonesia Belum Merata, Begini Sebaran Sekolah Menurut BPS
Penulis: Emily Zakia
Editor: Muhammad Sholeh