Dunia perfilman animasi Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir. Jika dahulu film animasi lokal hanya menjadi pelengkap di tengah dominasi karya-karya animasi internasional, kini keadaannya mulai berubah.
Berkat kemajuan teknologi, bertambahnya talenta lokal di bidang animasi, dan meningkatnya minat penonton terhadap konten dalam negeri, industri animasi Indonesia perlahan tapi pasti membangun fondasi yang kuat. Kini, film animasi Indonesia tidak hanya tampil di layar bioskop dalam negeri, tetapi juga mulai menarik perhatian pasar internasional.
Perkembangan ini mencapai tonggak penting dengan hadirnya Jumbo, sebuah film animasi produksi lokal yang berhasil mencatatkan diri sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa.
Kesuksesan Jumbo bukan hanya soal angka penonton, tetapi juga mencerminkan kualitas produksi yang semakin matang, cerita yang dekat dengan budaya lokal namun dikemas secara universal, serta strategi promosi yang efektif.
Film Animasi Indonesia Terlaris
Kemunculan Jumbo juga memperkuat optimisme terhadap masa depan animasi lokal. Dengan pencapaian ini, semakin banyak pelaku industri yang percaya bahwa animasi bukan sekadar media hiburan, tetapi juga alat yang kuat untuk menyampaikan nilai-nilai budaya, membangun identitas nasional, dan membuka peluang ekonomi kreatif yang luas.
Data dari CinePoint menunjukkan capaian jumlah penonton dari beberapa film animasi lokal yang tayang dalam kurun waktu tersebut. Yang paling mencolok adalah dominasi film Jumbo, yang berhasil meraih angka fantastis, yaitu melebihi 4 juta penonton.
Angka ini jauh melampaui film-film animasi Indonesia lainnya, menandakan bahwa Jumbo telah menetapkan standar baru dalam pencapaian film animasi lokal. Capaian ini juga menunjukkan adanya peningkatan minat masyarakat terhadap karya animasi produksi dalam negeri.
Sebagai perbandingan, film animasi terlaris setelah Jumbo adalah Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir dengan 642.312 penonton, disusul oleh Nussa dengan 455.777 penonton, dan Si Juki The Movie: Harta Pulau Monyet yang mencatatkan 344.658 penonton.
Di posisi kelima ada Titus: Mystery of the Enygma yang meraih 156.738 penonton. Jarak yang signifikan antara Jumbo dan film-film lainnya menunjukkan bahwa film ini bukan hanya sukses secara komersial, tetapi juga berhasil menjangkau audiens yang jauh lebih luas.
Kesuksesan Jumbo bisa menjadi titik balik penting dalam sejarah industri animasi Indonesia. Bukan hanya soal jumlah penonton, tetapi juga soal bagaimana film ini mampu menarik perhatian publik secara masif, bahkan di tengah kompetisi ketat dengan film-film genre lain.
Film Animasi Terlaris di Asia Tenggara
Data dari Deadline menunjukkan bahwa film Jumbo tidak hanya mencetak rekor penonton di dalam negeri, tetapi juga berhasil mendominasi pasar regional.
Dengan pendapatan sebesar Rp134 miliar, Jumbo menempati posisi teratas dalam daftar film animasi dengan pendapatan tertinggi di Asia Tenggara, melampaui sejumlah film animasi populer dari negara tetangga.
Posisi kedua ditempati oleh Mechamato Movie dari Malaysia dengan pendapatan Rp129 miliar, diikuti oleh Ejen Ali: The Movie yang meraih Rp122 miliar. Sementara itu, Boboiboy Movie 2 mengumpulkan Rp112 miliar, dan Upin & Ipin: Keris Siamang Tunggal berada di urutan kelima dengan Rp99 miliar.
Angka-angka ini menunjukkan persaingan yang cukup ketat di antara film-film animasi asal Malaysia, namun keberhasilan Jumbo menunjukkan kekuatan baru dari industri animasi Indonesia.
Capaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga menandai peningkatan daya saing film animasi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Keberhasilan Jumbo bersaing di pasar regional membuka peluang lebih luas bagi animasi Indonesia untuk menembus pasar internasional lainnya.
Baca Juga: Film Jumbo Tembus 3 Juta Penonton, Lebih dari 3.600 Penayangan di 900 Layar Indonesia
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor