Indonesia telah diakui sebagai negara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Sepanjang tahun 2023 lalu. Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Melansir data dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton, memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total produksi nikel dunia.
Ini bukan pertama kalinya Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2022 lalu, Indonesia memproduksi sebesar 1,6 juta metrik ton, menjadikannya negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Produksi nikel di tahun 2023 sempat mengalami kenaikan sebesar 10,1% dibandingkan tahun 2022, mencapai 3,6 juta metrik ton. Filipina duduk di posisi kedua dengan total produksi sebesar 400.000 metrik ton, diikuti Kaledonia Baru dengan 230.000 metrik ton dan Rusia dengan 200.000 metrik ton.
Mengingat tren penggunaan kendaraan listrik yang semakin hari semakin meningkat, produksi nikel di Indonesia ini tentu membawa keuntungan besar bagi tanah air. Data dari Booklet Nikel 2020 yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengungkapkan bahwa cadangan nikel di Indonesia telah mencapai 72 ton. Jumlah tersebut mencakup cadangan nikel kadar rendah (limonite) dan kadar tinggi (saprolit).
Pada Januari 2020 silam, Indonesia telah menghentikan ekspor biji nikel ini. Presiden Joko Widodo mengungkapkan harapannya agar kekayaan alam ini bisa dipakai untuk memberi nilai tambah dalam negeri, bukan hanya sebagai bahan ekspor saja.
Tidak hanya nikel, Indonesia juga kaya akan timah. Produksi timah di Indonesia berada di posisi kedua, dengan total produksi mencapai 40% dari total produksi dunia. Selain itu, Indonesia juga menjadi negara dengan cadangan emas terbanyak keenam di dunia, dan jumlah produksinya ada di posisi ke-12.
Kementerian ESDM mendukung upaya untuk terus menggali potensi sumber daya alam dalam negeri untuk menguntungkan Indonesia sendiri. "(Dunia) bergantung dari posisi kita. Di mana kita adalah negara besar yang tidak bisa dikontrol negara lain. Kita harus membangun industri sendiri untuk implementasi menjadikan negara maju 10-20 tahun ke depan," ungkap Kementerian ESDM dalam "Nikel Conference 2023" mengutip CNBC.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Iip M Aditiya