Optimisme generasi muda Indonesia saat ini tentu akan memainkan peran kunci dalam perkembangan bangsa Indonesia di masa depan. Optimisme generasi muda Indonesia bahkan dapat menjadi katalisator positif terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam rangka mengukur tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan Indonesia, Good News from Indonesia (GNFI) yang berkolaborasi dengan Lembaga Survei Populix belum lama ini mengadakan survei bertajuk “Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023” dengan tujuan dapat menginspirasi upaya-upaya menghidupkan optimisme anak muda terhadap bangsa Indonesia.
Indeks optimisme ini disusun berdasarkan 5 dimensi, meliputi Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, serta Politik dan Hukum. Dari kelima dimensi tersebut, Politik dan Hukum menjadi salah satu aspek indeks optimisme yang menjadi sorotan.
Timothy Astandu, selaku Co-founder & CEO Populix dalam acara diskusi hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 pada Selasa (14/11) di kawasan Jakarta Pusat, mengatakan bahwa indeks dimensi Politik dan Hukum cukup tak terduga hasilnya, “Indeks skor (optimisme Indonesia tahun 2023 secara keseluruhan) turun karena dimensi ini sebenarnya. Keempat dimensi lain sudah sangat baik skornya,” ujar Timothy.
Menurut data dari hasil survei, Indeks Optimisme Indonesia tahun 2023 secara keseluruhan mencapai skor 7,77 (skala 10) dengan indeks optimisme terendah berada pada aspek Politik dan Hukum dengan skor 5,72. Namun, indeks ini naik dari tahun 2022 dengan skor 5,2.
Survei ini juga menunjukan bahwa 38% anak muda Indonesia optimis terhadap berkurangnya korupsi dan 35% lainnya pesimis, 45% optimis dan 28% pesimis akan pemerintahan yang bersih dan transparan, serta 45% optimis dan 27% pesimis akan penegak hukum yang adil.
Ilham Saputra, Komisioner KPU Periode 2007-2022, yang juga menjadi salah satu panelis dalam acara turut menanggapi hal ini. Ilham mengatakan bahwa dirinya khawatir pesimisme dapat mempengaruhi partisipasi anak muda dalam berpolitik, “Kalau kemudian anak muda, tingkat optimismenya rendah, saya khawatir akan berpengaruh terhadap partisipasi pemilihan Indonesia. Dari sekian persen pemilih anak muda, tetapi karena pesimis tadi, maka saya khawatir akan menjadi golput” ucap Ilham.
Pemilu yang tengah menjadi perhatian umum di tahun 2023 ini juga menjadi dimensi tambahan yang disorot pada survei untuk mengetahui apa yang menjadi perhatian anak muda terhadap pemilu.
Hasilnya, meski pada aspek Politik dan Hukum generasi muda cenderung pesimis, tetapi pada aspek Pemilu masih cukup optimis dengan indeks skor 7,00 (skala 10) dengan unsur skor tertinggi adalah kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Hal ini menunjukan bahwa anak muda sebenarnya antusias menyambut Pemilu, tapi masih menyimpan keraguan pada kinerja penyelenggaraan pemilu.
“Situasi ini dapat kita dorong agar anak muda mampu membangun kesadaran politik. Misalnya dengan mengajak anak muda untuk mengecek latar belakang para calon legislatif maupun eksekutif yang sedang bersaing. Politik dan hukum ini sangat dipengaruhi oleh faktor pemimpin, dan anak muda memegang peran penting untuk menentukan nasib Indonesia ke depan dengan menyuarakan pendapatnya dan memilih pemimpin yang tepat,” ungkap Ilham.
Lebih lanjut, Timothy juga menambahkan bahwa tugas terbesar untuk negara Indonesia saat ini adalah mengembangkan aspek-aspek ketatanegaraan, “Terutama dalam dunia politik dan hukum. Bagaimana kita bisa mengurangi korupsi atau paling tidak (membangun) persepsi bahwa kita adalah negara yang bersih dan tidak ada korupsi di level tinggi ataupun di level rendah sekalipun,” pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, survei bertajuk “Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023” ini dilakukan pada Agustus-September 2023 melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara online terhadap 1.000 responden pada penelitian kuantitatif dan 16 partisipan dalam penelitian kualitatif, di mana 58% diantaranya merupakan Gen Y dan 42% lainnya merupakan Gen Z.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya