Dunia Mengalami Tren Kemunduran Kualitas Transformasi, Bagaimana dengan Indonesia?

Bertelsmann melalui "BTI Transfomation Index 2024" melaporkan kondisi proses transformasi yang terus mundur di berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir.

Dunia Mengalami Tren Kemunduran Kualitas Transformasi, Bagaimana dengan Indonesia? Acara perilisan BTI Transformation Index 2024 | Aset Bertelsmann Stiftung

Di tengah era perubahan konstelasi geopolitik yang begitu dinamis, tingkat kesenjangan yang semakin melebar, hingga perubahan iklim yang tak terkendali, pemerintah dihadapkan pada tuntutan untuk bisa bertransformasi secara cepat merespons kondisi yang ada.

Sayangnya, tren global dalam beberapa tahun terakhir ini justru menunjukkan adanya kemunduran kualitas proses transformasi secara konstan.

Hal ini terungkap dari laporan BTI Project yang diinisiasi oleh Bertelsmann Stiftung berjudul “BTI Transformation Index 2024”.

Studi itu mengevaluasi sejauh mana kualitas proses transformasi di 137 negara berdasarkan 3 dimensi utama: politik, ekonomi, dan tata kelola.

Dalam laporan terbarunya, BTI mengungkap bahwa skor indeks transformasi global di tahun 2024 kembali turun, memperpanjang tren kemunduran konstan dalam 1,5 dekade terakhir.

Menurut dimensinya, kemunduran paling masif terjadi pada dimensi transformasi politik, di mana skornya mengalami penurunan hingga 0,60 poin pada 2024 dibanding tahun 2008.

Elemen transformasi politik yang dievaluasi BTI ini secara garis besar mencakup aspek-aspek transformasi pada sistem demokrasi seperti pemilihan umum yang bebas, tingkat supremasi hukum, hingga partisipasi, representasi dan budaya politik.

Namun, meski temuan secara umum menunjukkan adanya tren regresi di tingkat global, beberapa negara nyatanya tetap mampu menunjukkan kualitas proses transformasi yang progresif.

Menurut skor indeksnya, Estonia menempati urutan pertama negara dengan proses transformasi terbaik, diikuti negara-negara Eropa Timur lainnya seperti Lithuania dan Rep. Ceko di urutan ketiga dan keempat.

Taiwan, sementara itu, berada di urutan kedua secara global, sekaligus menjadi yang terdepan di region Asia, mengungguli negara-negara raksasa industri seperti Korea Selatan dan Tiongkok.

Negara-negara ini telah menunjukkan capaian proses transformasi yang mengesankan pada tiap dimensi.

Taiwan misalnya, meski menempati posisi kedua, skor indeks pada dimensi transformasi ekonomi dan tata kelolanya menjadi yang tertinggi secara global.

Hal ini tak lain didorong oleh efektivitas peran pemerintah dalam menghilangkan sekat-sekat penghambat transformasi melalui komitmen antikorupsi, kebijakan liberalisasi perdagangan, pengembangan riset, dan sebagainya.

Adapun dalam laporan terbaru ini, BTI menempatkan Indonesia di posisi ke-44 dengan perolehan skor indeks 6,19, naik tipis 0,05 poin dibanding edisi sebelumnya tahun 2022.

Indonesia memperoleh skor paling tinggi pada dimensi transformasi politik. Meski begitu, skor pada dimensi ini terus menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Sempat berada di angka 7,05 pada tahun 2014, skor dimensi transformasi politik Indonesia turun ke angka 6,30 di 2024.

BTI menyebut, kemunduran pada dimensi ini tak lain dipicu oleh turunnya kualitas demokrasi di Indonesia yang cukup signifikan lewat penerbitan produk-produk hukum kontroversial.

“Parlemen kini telah memberlakukan undang-undang pidana baru (revisi UU KUHP) yang kontroversial dan dipandang oleh para kritikus sebagai tekanan keras terhadap kebebasan sipil dan kebebasan politik,” tulis BTI dalam rilisnya, dikutip Kamis (16/5).

Namun, di sisi lain Indonesia menunjukkan progres yang cukup positif pada dimensi transformasi ekonomi.

Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan skor dari 5,93 pada tahun 2022 menjadi 6,07 pada tahun 2024.

Kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi Indonesia dalam merespons dampak pandemi Covid-19 lalu dinilai BTI cukup efektif dalam mencegah dampak ekonomi yang lebih luas bagi sektor bisnis formal maupun informal.

Adapun dari segi tata kelola, BTI menilai Indonesia masih menghadapi sejumlah kelemahan struktural pada berbagai sektor mencakup sistem pendidikan, kebijakan lingkungan, hingga kebijakan antikorupsi.

Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Ini Selebritas Terkaya di Dunia per Maret 2024

Kesuksesan finansial dan kepemilikan bisnis bukanlah hal yang jarang di antara para selebritas.

Pertama Kalinya dalam 1 Dekade Terakhir, Dunia Mengalami Resesi Kemajuan Sosial

Sebanyak 138 negara mengalami resesi dan stagnasi kemajuan sosial di tahun 2023 menurut laporan Social Progress Imperative.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook