Deretan Negara Idaman Warga ASEAN untuk Tinggal dan Bekerja

Memahami perbedaan tiap negara dan mengenali preferensi diri sendiri adalah langkah awal yang bijak sebelum mengambil keputusan besar ini.

Deretan Negara Idaman Warga ASEAN untuk Tinggal dan Bekerja Ilustrasi Warga ASEAN Bekerja | Freepik
Ukuran Fon:

Tinggal dan bekerja di luar negeri adalah impian banyak orang. Beberapa mengejar pengalaman hidup yang baru, sementara yang lain mencari peluang karier yang lebih menjanjikan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Namun, realitasnya tidak sesederhana membayangkan hidup di negara asing. Setiap negara memiliki sistem sosial, budaya kerja, aturan hukum, serta standar hidup yang berbeda-beda. Perbedaan ini bisa sangat memengaruhi bagaimana seseorang beradaptasi dan merasa nyaman di negara tersebut.

Karena itu, penting disadari bahwa setiap manusia memiliki preferensi dan prioritas yang berbeda-beda dalam memilih negara sebagai tempat tinggal dan bekerja.

Ada yang mengutamakan kestabilan ekonomi, ada yang lebih peduli pada toleransi budaya dan keberagaman, sementara yang lain fokus pada sistem pendidikan atau layanan kesehatan.

Masyarakat ASEAN cenderung tetap memilih negara ASEAN untuk tinggal dan bekerja | GoodStats

Data pada laporan The State of Southeast Asia 2025 yang diambil pada Januari–Februari 2025 menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN menjadi pilihan utama masyarakat sebagai tempat idaman untuk tinggal dan bekerja, dengan persentase sebesar 20,5%.

Hal ini bisa disebabkan oleh faktor kedekatan geografis, kesamaan budaya, dan kemudahan adaptasi yang lebih tinggi dibanding negara lain. Beberapa negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand memiliki infrastruktur yang cukup maju serta kesempatan kerja yang kompetitif, namun tetap menawarkan kenyamanan budaya bagi masyarakat Asia Tenggara.

Menyusul di posisi kedua adalah Jepang dengan 17,6%. Jepang dikenal dengan etos kerja tinggi, teknologi canggih, serta keamanan sosial yang baik. Bagi banyak orang, bekerja di Jepang merupakan simbol stabilitas dan profesionalisme.

Di urutan ketiga terdapat Amerika Serikat dengan 14,8%, yang sejak lama dikenal sebagai “tanah impian” bagi banyak profesional global. Amerika menawarkan beragam peluang karier di berbagai sektor, mulai dari teknologi hingga hiburan. Namun, tingginya biaya hidup dan sistem imigrasi yang kompleks bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pendatang.

Australia juga menempati posisi yang tinggi dengan 12,2%. Negara ini dikenal dengan kualitas hidup yang tinggi, lingkungan yang ramah, dan sistem kerja yang menjunjung keseimbangan hidup. Bagi banyak orang, Australia menjadi alternatif ideal bagi mereka yang menginginkan gaya hidup santai namun tetap produktif.

Sementara itu, Selandia Baru mendapatkan 10,1% suara. Negara ini sering dianggap sebagai surga tersembunyi dengan alam yang indah, sistem sosial yang adil, dan budaya kerja yang seimbang. Banyak yang mengincar Selandia Baru untuk kualitas hidup yang tenang dan inklusif.

Negara-negara Uni Eropa mencatat 9,9%, menunjukkan daya tarik kawasan ini dengan keragaman budaya, sistem pendidikan yang kuat, dan kebijakan kesejahteraan sosial yang cukup baik. Uni Eropa juga memungkinkan mobilitas kerja lintas negara yang menarik bagi profesional global.

Namun, China hanya memperoleh 5,5%, mungkin karena tantangan dalam adaptasi budaya dan bahasa, serta tekanan dalam dunia kerja yang terkenal kompetitif. Meski ekonominya besar dan terus berkembang, tidak semua orang merasa cocok dengan gaya hidup di sana.

Inggris menyusul dengan 4,7%, yang kemungkinan dipengaruhi oleh ketidakpastian pasca-Brexit dan biaya hidup tinggi di kota-kota besar seperti London. Meski demikian, Inggris tetap menarik bagi mereka yang tertarik pada sektor keuangan, teknologi, dan pendidikan tinggi.

Menariknya, Korea Selatan hanya dipilih oleh 3,1% responden. Walaupun dikenal sebagai pusat budaya pop global dan teknologi, tekanan kerja yang tinggi serta sistem hierarki yang kaku bisa jadi membuatnya kurang ideal bagi sebagian orang.

Di posisi terakhir, India hanya memperoleh 1,6%, yang bisa jadi disebabkan oleh tantangan dalam sistem layanan publik, infrastruktur, serta kesenjangan sosial yang masih tinggi.

Baca Juga: Bukan Eropa, Negara Tetangga Jadi Favorit WNI untuk Bekerja

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Ada Manggis, Ini Jajaran Buah Terbaik di Dunia 2025

Manggis masuk jajaran buah terbaik di dunia per Mei 2025, bertengger di posisi ke-8 dengan rating 4,5.

10 Negara dengan Catatan Gempa Terbanyak 2025, Indonesia Duduki Peringkat 1

Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah gempa terbanyak, mencatat 787 kejadian sepanjang tahun 2025.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook