Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perubahan iklim (COP) merupakan wadah yang memberikan kesempatan bagi dunia untuk mengidentifikasi dan bernegosiasi mengenai mitigasi perubahan iklim sesuai dengan Perjanjian Paris 2015.
Setelah dua minggu berdiskusi intens atas isu-isu terkait perubahan iklim, gelaran COP28 resmi berakhir pada hari Rabu, 13 Desember 2023. Adapun Presiden COP28 Sultan Al Jaber mengungkap bahwa para pemimpin dunia dan delegasi yang hadir menyetujui Konsensus akhir mengenai kesepakatan iklim “bersejarah”.
Kesepakatan tersebut menetapkan sejumlah langkah untuk mengatasi dampak perubahan iklim, di antaranya adaptasi, pendanaan, fleksibilitas, dan transisi dari bahan bakar fosil. Presiden COP28 menambahkan, konsensus ini menjadi rencana seimbang untuk mengatasi emisi, menjembatani kesenjangan sosial adaptasi iklim, menata ulang keuangan global, serta menanggulangi kerugian dan kerusakan.
"Kita semua telah bekerja sangat keras untuk mengamankan masa depan yang lebih baik bagi rakyat dan planet kita. Kita harus bangga dengan pencapaian bersejarah kita,” kata Presiden COP28 Sultan Al Jaber dalam pidato penutupnya dilansir dari laman resmi COP28 pada Rabu, (13/12/2023).
Sementara itu, komitmen pendanaan pada COP28 tercatat sudah mencapai lebih dari US$85 miliar. Rinciannya, sekitar US$61,8 miliar digunakan untuk keuangan iklim, US$8,7 miliar untuk dana kehidupan dan penghidupan, US$6,8 miliar untuk sektor energi, dana iklim berkelanjutan sebesar US$3,5 miliar, dan dana inklusi mencapai US$1,7 miliar.
Selanjutnya, dana sebesar US$792 juta diproyeksikan sebagai dana kerusakan dan kerugian iklim, US$134 juta untuk dana adaptasi, US$129 juta untuk dana negara-negara miskin, dan dana US$31 juta untuk dana khusus perubahan iklim.
Konsensus pada COP28 menggarisbawahi peralihan energi dari bahan bakar fosil untuk mencapai target nol bersih dan mendorong para pihak untuk berpartisipasi dalam Nationally Determined Contributions (NDCs) di seluruh aspek ekonomi.
ini termasuk target spesifik baru untuk melipatgandakan energi terbarukan dan efisiensi energi pada 2030 mendatang, serta membangun momentum menuju arsitektur baru untuk pendanaan iklim dunia. Sejalan dengan ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menekankan pentingnya memberikan keadilan pendanaan iklim kepada negara-negara yang paling terdampak.
“Banyak negara rentan terlilit utang dan berisiko tenggelam akibat permukaan air laut yang naik. Sudah waktunya meningkatkan pendanaan, termasuk (pendanaan) untuk adaptasi, kerugian, dan kerusakan serta reformasi arsitektur keuangan internasional,”
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya