Persentase penggunaan energi terbarukan yang berasal dari bioenergi, tenaga angin, tenaga air, dan tenaga panas bumi di wilayah global terus mengalami peningkatan. Hal ini merupakan bentuk kesadaran sekaligus implementasi negara dan masyarakat akan potensi alam yang dapat digunakan secara maksimal.
Tenaga angin menjadi salah satu sumber energi pembangkit listrik yang sedang digalakkan di wilayah global. Mengutip dari Irena, sebuah badan energi terbarukan internasional menunjukkan, energi angin telah menghasilkan listrik sebesar 3.077 Terra Watt hour (TWh) secara global pada tahun 2020.
Dari angka tersebut, 1.488 TWh berasal dari angin yang berada di darat. Sedangkan, sekitar 100 Giga Watt hour (GWh) energi berasal dari angin di lepas pantai.
Besarnya penambahan kapasitas ini didorong oleh biaya pembuatan panel surya yang semakin terjangkau dan menjadi bentuk listrik termurah. Dalam periode 2010 – 2020, harga modal surya turun mencapai 93%.
Salah satu negara yang menerapkan energi terbarukan ialah China. Berdasarkan data dari Iea.org, negara Tingkok menjadi negara teratas dalam hal penambahan kapasitas angin.
Merujuk pada data yang dirilis Statista, China menghasilkan sebesar 1.161 GWh energi terbarukan. Sebesar 395 GWh energi berasal dari tenaga angin pada 2022. Negara tersebut menambah kapasitas sebesar 37 GWh pada tahun 2022.
Dari total tersebut, sebanyak 7 GWh berasal dari angin yang berada di lepas pantai. Angka ini setara dengan sepertiga kapasitas angin terpasang secara global. Hal ini menjadikan China mendapat rekor sebagai negara pertama yang memasang tenaga angin terbesar di dunia.
China dan Kanada juga menjadi dua negara teratas yang menghasilkan energi dari tenaga air terbanyak.
Ambisi China untuk memasok energi terbarukan yang mencapai hingga setengah dari total energi merupakan komitmen negara Panda untuk menciptakan energi hijau. Tahun 2020, Presiden Tiongkok, Xi Jinping berkomitmen untuk mencapai puncak emisi CO2 sebelum tahun 2030. Tujuannya ialah agar negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia itu dapat melakukan netralitas karbon pada tahun 2060.
Ia juga mengatakan bahwa China akan memasang lebih dari 1.200 GWh energi yang berasal dari tenaga surya dan angin pada 2030.
“Tiongkok kini menjadi pemimpin dunia dalam energi terbarukan, baik dalam hal produksi maupun penggunaan energi terbarukan. China telah memimpin dalam energi matahari dan angin khususnya,” kata Marius Korsnes, seorang peneliti Norwegian University of Science and Technology, dikutip dari Norwegian SciTech News, Minggu (21/8).
Sementara itu, Amerika Serikat menempati posisi kedua yang menggunakan energi terbarukan. Total energi yang terdpaat dalam negara tersebut sebesar 352 GWh. Dari angkat tersebut, sebesar 144 GWh berasal dari tenaga angin. Turbin angin yang beroperasi di 50 negara bagian tersebut menghasilkan lebih dari 10% total bersih energi negara.
Kemudian, Brazil menjadi negara ketiga yang menghasilkan kapasitas tenaga mencapai 175 GWh yang berasal dari energi terbarukan.
Posisi keempat ialah India dengan kapasitas energi sebesar 163 GWh. India menjadi negara kedua dengan penghasilkan energi terbarukan terbesar terbesar se Asia setelah China.
Jerman menjadi negara kelima yang menghasilkan energi terbarukan terbesar di dunia dengan energi sebesar 148 GWh. Dikutip dari trade.gov, komposisi energi terbarukan di Jerman terdiri dari angin darat dan lepas pantai (24,4%), diikuti oleh tenaga surya (9%) dan biomassa (8,7%), dengan sisanya berasal dari tenaga air di tahun 2019.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya