Cari Kerja Susah, Cari Karyawan Susah: Pahami Fenomena Job Mismatch di Indonesia

Fenomena job mismatch di mana pelamar susah mendapatkan kerja, namun pemberi kerja juga susah mendapat karyawan yang sesuai, sering terjadi di Indonesia.

Cari Kerja Susah, Cari Karyawan Susah: Pahami Fenomena Job Mismatch di Indonesia Ilustrasi Pencari Kerja Memeriksa Berkas Pelamar Kerja | Pexels

Tidak seimbangnya penawaran dan permintaan tenaga kerja sering kali menyebabkan banyak pelamar mencari pekerjaan tanpa memperhatikan kualifikasi mereka. Akibatnya, terjadi ketidakcocokan antara kualifikasi yang dimiliki pencari kerja dengan yang dibutuhkan oleh pemberi kerja. Hal itulah yang sering disebut dengan fenomena job mismatch.

Apa itu Job Mismatch?

Job mismatch adalah fenomena yang ditunjukkan dengan ketidaksesuaian antara kualifikasi, keterampilan, atau minat pekerja dengan pekerjaan yang mereka jalani. Ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan jadi masalah terutama bagi lulusan pendidikan tinggi di bidang-bidang dengan supply rendah tapi jumlah lulusan yang tinggi. Banyak lulusan yang terpaksa bekerja di luar bidang pendidikan mereka karena sulitnya memanfaatkan pengetahuan dan keahlian yang mereka pelajari.

Tidak Hanya Pelamar, Recruiter Juga Sulit Cari Karyawan

Bagi pemberi kerja, menemukan karyawan yang tepat juga menjadi semakin sulit karena kebutuhan kualifikasi berubah cepat seiring perkembangan teknologi. Mencocokkan karyawan dengan pekerjaan yang tepat melibatkan kesesuaian antara tingkat pendidikan, bidang kegiatan, kualifikasi, dan kompetensi dengan persyaratan dan tanggung jawab pekerjaan.

Kualifikasi Pelamar yang Tidak Cocok dengan Pemberi Kerja

Kualifikasi Pelamar yang Tidak Cocok dengan Pemberi Kerja | GoodStats

Terdapat beberapa kualifikasi yang sering membuat pemberi kerja tidak cocok dengan pelamar kerja. Populix telah mengadakan survei untuk mengetahui kualifikasi apa saja yang sering kali tidak cocok antara pemberi kerja dengan pelamar kerja. Dari 100 responden, 41% mengatakan bahwa jumlah pengalaman kerja sering menjadi ketidakcocokan kualifikasi.

Hampir semua pemberi kerja membutuhkan kandidat pelamar kerja yang berpengalaman, mulai dari 1 tahun hingga 5 tahun ke atas. Namun pelamar terutama fresh graduate biasanya belum memiliki pengalaman kerja sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kualifikasi yang kedua adalah jenis keterampilan teknis (hard skill) yaitu sebanyak 33% dan disusul dengan tingkat pendidikan sebesar 32%. Memang sering terjadi gap keterampilan teknis antara pelamar kerja dengan yang dibutuhkan oleh pemberi kerja. Gap tersebut terjadi karena seringkali pelamar mencari kerja yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan mereka ataupun dengan kemampuan yang sudah mereka pelajari dalam pendidikan mereka. Terbatasnya lapangan kerja membuat para pelamar terpaksa melamar ke pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan ataupun keterampilan teknis mereka.

Batas usia juga seringkali menjadi kualifikasi pada lowongan kerja yang terkadang tidak sesuai dengan pelamar yaitu sebanyak 31%. Beberapa perusahaan menetapkan batas usia untuk kandidat karyawannya karena mungkin akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja.

Masih banyak kualifikasi lain yang sering menjadi ketidakcocokan, di antaranya yaitu domisili (31%), soft skill (30%), latar belakang jurusan (26%), keterampilan bahasa (18%), sertifikasi bidang tertentu (12%), dan reputasi sekolah/universitas (8%).

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Hal ini?

Salah satu penyebab utama job mismatch adalah ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri. Sistem pendidikan di Indonesia sering terlalu teoritis dan kurang fokus pada keterampilan praktis yang relevan. Untuk itu, ada beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal ini, yakni:

1. Revitalisasi Kurikulum Pendidikan

Kurikulum harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan pemain industri langsung dalam penyusunan kurikulum, sehingga lulusan lebih siap dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam dunia kerja.

2. Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Keterampilan

Pendidikan formal juga perlu diimbangi dengan pelatihan berbasis keterampilan seperti program pelatihan kerja, magang, dan sertifikasi keterampilan.

3. Pemanfaatan Teknologi dalam Pendidikan dan Pelatihan

Pembuatan e-learning dan platform pendidikan online yang memberikan akses ke materi pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi job mismatch. Keberadaan teknologi memungkinkan pekerja untuk terus meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan teknologi dan pasar kerja.

Baca Juga: Tagar 'Desperate' Ramai di LinkedIn, Gen Z Kesulitan Cari Kerja

Penulis: Aqilla Cinantya Wara Dayinta
Editor: Editor

Konten Terkait

Angka Kriminalitas di Metro Jaya Meningkat, Hanya 12,6% yang Diselesaikan

Statistik Kriminal 2024 menunjukkan lonjakan kejahatan di Indonesia. Metro Jaya mencatat angka kejahatan tertinggi dengan penyelesaian kasus hanya 12,6%.

Cek Data Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia

Masyarakat status ekonomi terbawah yang mengonsumsi alkohol mencapai 3,7% pada 2023. Status pekerjaan menjadi penentu masyarakat untuk mengonsumsi alkohol.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook