Bumi Kembali Catat Rekor Suhu Tertinggi

Kenaikan suhu dirasakan di sebagian besar wilayah dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, Juli lalu suhu bumi kembali mencetak rekor tertinggi.

Bumi Kembali Catat Rekor Suhu Tertinggi Ilustrasi Kenaikan Suhu di Bumi | Chuchart Duangdaw/Getty Images

Gelombang panas tengah melanda sebagian wilayah di bumi akhir-akhir ini. Setidaknya sejak April 2024, suhu di sebagian wilayah Asia mencapai bahkan 40 derajat Celsius. Menurut World Weather Attribution, gelombang panas termasuk fenomena cuaca ekstrem yang paling mematikan.

Negara-negara seperti Palestina, India, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Filipina, dan Kamboja telah mencatat ratusan kematian akibat fenomena ini. Panas ekstrem juga melanda kawasan Amerika. Hingga awal Juni 2024, Meksiko melaporkan 125 kematian karena panas ekstrem.

Gelombang panas sekaligus berdampak pada aktivitas pertanian. Lebih dari itu, di sejumlah wilayah, aktivitas pendidikan harus dihentikan karena cuaca yang ekstrem.

Data Copernicus Climate Change Service mencatat, pada 22 Juli 2024, suhu rata-rata bumi mencapai nilai tertingginya, yaitu 17,16 derajat Celsius.

Rata-rata suhu global pada 2024 melampaui suhu rata-rata bumi, setidaknya pada 1970 hingga 2023 | GoodStats
Rata-rata suhu global pada 2024 melampaui suhu rata-rata bumi, setidaknya pada 1970 hingga 2023 | GoodStats

Secara keseluruhan, rata-rata suhu bumi di 2024 ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun 2023 lalu.

Sementara itu, suhu bumi tertinggi pernah terjadi pada 10 Juli 1913 di Greenland Ranch, Death Valley, California, Amerika Serikat. Suhu kala itu mencapai 56,7 derajat Celsius.

Bagaimana dengan Suhu di Indonesia?

Sejalan dengan yang dialami penduduk global, suhu rata-rata bulanan di Indonesia selama 2024 ini tercatat lebih tinggi daripada suhu rata-rata bulanan pada 1991 hingga 2020. Sepanjang 2024, suhu rata-rata di Indonesia selalu mencapai 27 derajat Celsius.

Stasiun Meteorologi Maimun Saleh di Sabang, Stasiun Klimatologi Jawa Timur di Malang, Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharuddin di Sumbawa, Stasiun Meteorologi Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Nagan Raya, serta Stasiun Meteorologi Kertajati di Majalengka mengalami anomali suhu paling tinggi pada Juni 2024. Anomali suhu rata-rata berada di angka 1,2-1,4 derajat Celsius.

Sementara itu, lima stasiun dengan anomali suhu terendah pada periode yang sama adalah Stasiun Meteorologi Karel Sadsuitubun di Maluku Tenggara, Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda, Stasiun Meteorologi Pattimura di Kota Ambon, serta Stasiun Meteorologi Maritim Bitung di Bitung.

Rata-rata, anomali suhu pada kelima stasiun tersebut hanya mencapai -0,5 hingga 0 derajat Celsius.

Apa Penyebab Kenaikan Suhu Ini?

Menurut Copernicus Climate Change Service, pola musiman di belahan bumi utara mendorong kenaikan suhu global secara menyeluruh. Periode akhir Juni hingga awal Agustus ini memang bertepatan dengan musim panas di bumi belahan utara.

Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan adanya kenaikan mendadak suhu rata-rata global berkaitan dengan anomali suhu yang terjadi di wilayah Antartika.

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change 2021 menegaskan bahwa peningkatan suhu hingga panas ekstrem di bumi disebabkan oleh perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia.

Gelombang panas yang awalnya terjadi dalam 10 tahun sekali, kini dapat terjadi 2,8 kali. Suhu juga menjadi 1,2 derajat Celsius lebih panas. Gelombang panas yang awalnya terjadi 50 tahun sekali, kini dapat terjadi 4,8 kali. Di lokasi tertentu gelombang panas ini dapat meningkat dengan intensitas lebih tinggi.

Baca juga: Anomali Suhu di Indonesia Hingga Juni 2024

Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor

Konten Terkait

Persebaran Kasus Cacar Monyet di Uni Afrika Hingga Tahun 2024

Cacar monyet menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan di Afrika dalam usahanya untuk mengendalikan penyebaran dan melindungi masyarakat.

Lebih dari 60% Kasus Cacar Monyet Dunia Ditemukan di Amerika

Sistem pelaporan dan deteksi kasus yang berbeda antar negara memengaruhi jumlah kasus yang tercatat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook