BKKBN: Pendidikan Tinggi, Salah Satu Alasan Usia Untuk Menikah Mengalami Kemunduran

Usia pernikahan mengalami kemunduran, BKKBN menyampaikan bahwa pendidikan pantas menjadi salah satu alasan utama yang melatarbelakangi.

BKKBN: Pendidikan Tinggi, Salah Satu Alasan Usia  Untuk Menikah Mengalami Kemunduran Ilustrasi Pernikahan / Sumber: Pinterest

Sebagai generasi dengan status digital native, Gen Z memang selalu dianggap sebagai kelompok yang menduduki dan merajai hal-hal trending di media sosial. Termasuk gaya hidup.

Baru-baru ini Gen Z kembali hadir dengan perbincangan mengenai keputusan menikah. Persoalan ini sebenarnya sudah ramai diperbincangan dan menjadi topik hangat Gen Z dalam beberapa tahun terakhir, mengingat secara demografis saat ini Gen Z memang dianggap berada di usia produktifnya.

Tagar menikah gratis di KUA sempat menjadi trending topic di media sosial X tahun kemarin. Viralitas mengenai perbincangan tersebut diisi oleh apresiasi dan harapan Gen Z terhadap gaya pernikahan di kalangan masyarakat sendiri.

Gen Z menganggap bahwa sering kali pernikahan seolah-olah dinisbatkan oleh masyarakat khususnya generasi sebelumnya sebagai ajang unjuk diri, sehingga sering kali dianggap melenceng dari persoalan dan tujuan fundamental pernikahan tersebut.

Tak terelakkan, tanggapan perihal pernikahan seharusnya menjadi suatu momentum khidmat dan sakral justru berubah menjadi sekadar pagelaran keluarga untuk unjuk diri di kalangan masyarakat pun senantiasa menjadi suatu gema yang dilontarkan bersamaan oleh Gen Z.

Maudy Ayunda sebagai salah satu sosok yang sering kali menjadi personal reference para Gen Z pernah menyampaikan bahwa sejatinya memilih pasangan dan memutuskan untuk menjalin suatu hubungan seumur hidup itu seharusnya menjadi investasi.

Investasi yang dimaksud tertuju pada hal yang beragam. Pengembangan diri seperti karakterisasi sebagai individu hingga perekonomian dianggap menjadi dua kepentingan yang dimaksud dalam lingkup investasi tersebut.

Pernyataan tersebut relevan dengan cuitan-cuitan Gen Z perihal harapan hingga kritik terhadap pola pembentukan stigma sosial dan kultural masyarakat Indonesia terhadap pernikahan.

Pernikahan bagi masyarakat Indonesia memang terkesan lebih memberikan citra sebagai suatu adat istiadat dan kebudayaan sehingga terkadang tidak ayal ada anggota keluarga yang harus menghabiskan nominal besar dalam melaksanakan pernikahan.

Suatu fakta yang sebenarnya dikritisi oleh Gen Z melalui trending-nya tagar menikah di Kantor Urusan Agama (KUA). Pengguna-pengguna media sosial yang tergolong Gen Z pun mulai bermunculan menyampaikan bahwa merupakan hal tidak relevan apabila pernikahan harus menggelontorkan banyak biaya terlebih jika alasan utamanya untuk “memenuhi” citra masyarakat.

Gen Z sebagai generasi yang lekat dengan stereotip selalu mengutarakan pendapat dan berani melakukan langkah berbeda melalui proses mengkritisi dan mengobservasi.

Sesuai dengan survei Harris Poll (2020) yang mengutarakan bahwa 63% Gen Z memang selalu memiliki dorongan untuk melakukan perubahan disebabkan oleh keaktifannya pada komunitas-komunitas dan media sosial.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Gen Z memang memiliki dorongan untuk saling bertukar pikiran, menjelajahi pendapat, dan berekspresi melalui prinsip-prinsip hidupnya.

Berdasarkan laporan IDN Research Institute 2024, Gen Z termasuk sebagai generasi yang sudah mulai peka dan melek kesehatan mental hingga usia pernikahan.

Gen Z menganggap bahwa pernikahan bukan daftar prioritas utama karena dalam mewujudkannya, terdapat kebutuhan secara mentalitas, keuangan, dan pendidikan bagi Gen Z. Sehingga hal tersebut yang mutlak lebih diperhitungkan dan menjadi prioritas.

BKKBN melalui Hasto Wardoyo sebagai Kepala BKKBN menuturkan bahwa tingkat pendidikan semakin tinggi menyebabkan median usia menikah semakin mundur di Indonesia.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memang sedang mengalami kemunduran median usia menikah cukup drastis pada 2023, sehingga total pernikahan menduduki total 1,58 juta pernikahan dibandingkan tahun sebelumnya 1,705 juta.

Adapun kemunduran median usia yang dimaksud Hasto juga turut disesuaikan pada laporan kinerja Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN perihal Median Usia Kawin Pertama (MUKP).

Berdasarkan data mengenai MUKP oleh laporan kinerja KSPK BKKBN, terdata bahwa saat ini angka usia menikah terjadi pada usia 22 tahun dibandingkan tiga tahun terakhir yaitu berusia 20-21 tahun.

Hasto juga menegaskan bahwa tren ini tentu akan memiliki suatu dampak tersendiri bagi bonus demografi, laju pertumbuhan penduduk, angka pendapatan, hingga bagaimana perjalanan Indonesia menuju empat negara besar dunia mendatang.

Penulis: Andini Rizka Marietha
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Work From Home Ternyata Tidak Selamanya Baik Untuk Kesehatan

Metode bekerja dari rumah ternyata memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Pasca Lebaran 2024, Jakarta Diprediksi Bakal Sepi Pendatang

Tahun ini, Dukcapil DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta usai Lebaran hanya mencapai 15 ribu hingga 20 ribu orang.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X